Pertumbuhan ekonomi di Papua negatif, karena berdasarkan laporan resmi Freeport ada penurunan produksi emas dan tembaga
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Maluku dan Papua yang mengalami kontraksi dan tumbuh negatif 10,44 persen pada triwulan I 2019 terjadi karena dampak penurunan produksi dari Freeport.

"Pertumbuhan ekonomi di Papua negatif, karena berdasarkan laporan resmi Freeport ada penurunan produksi emas dan tembaga," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin.

Suhariyanto menjelaskan produksi emas dari Freeport turun hingga 72 persen dan produksi tembaga terkontraksi hingga 53 persen pada triwulan I 2019.

Tidak hanya pertumbuhan ekonomi di Papua, karena perekonomian di Papua Barat juga tercatat turun karena rendahnya penerimaan gas alam cair (LNG) dari ladang gas di sekitar kawasan tersebut.

Kondisi ini yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Papua dan Papua Barat tercatat negatif masing-masing sebesar 20,13 persen dan 0,26 persen dalam periode ini.

Sedangkan, kinerja perekonomian di Maluku maupun Maluku Utara masih tercatat positif, dan mampu menekan perlemahan ekonomi di Papua dan Papua Barat, dengan masing-masing tumbuh sebesar 6,32 persen dan 7,65 persen.

Dalam kesempatan ini, BPS juga mencatat struktur ekonomi secara spasial pada triwulan I 2019 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa yang tumbuh 5,66 persen dan Sumatera yang meningkat 4,55 persen.

Sementara itu laju pertumbuhan di Sulawesi juga mengalami kenaikan sebesar 6,51 persen, diikuti Kalimantan sebanyak 5,33 persen, serta Bali dan Nusa Tenggara sebesar 4,64 persen.

Secara keseluruhan, kelompok provinsi di Jawa masih menyumbang kontribusi terbesar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia yaitu mencapai 59,03 persen, disusul oleh Sumatera 21,36 persen, Kalimantan 8,26 persen, dan Sulawesi 6,14 persen.


 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019