Keberadaan bibit siklon tropis 93S diprakirakan akan mengakibatkan kondisi cuaca buruk di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpeluang terjadi di wilayah Maluku bagian Tenggara, dan NTT bagian Timu
Jakarta (ANTARA) - Bibit siklon tropis terpantau di Laut Banda sebelah Selatan Maluku dalam dua hari terakhir, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau untuk mewaspadai cuaca ekstrem di wilayah Indonesia Timur.

Bibit siklon ini diprediksi akan menguat dan mencapai intensitas siklon tropis dalam 24 hingga 48 jam kedepan, kata Deputi Meteorologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa.

Bibit siklon yang tepatnya berada di sekitar 6.8 Lintang Selatan 128.5 Bujur Timur itu memiliki kecepatan angin maksimum di pusatnya mencapai 25 knot dan tekanan minimum hingga 1006 hPa.

Keberadaan bibit siklon tropis 93S diprakirakan akan mengakibatkan kondisi cuaca buruk di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpeluang terjadi di wilayah Maluku bagian Tenggara, dan NTT bagian Timur.

Serta angin dengan kecepatan diatas 25 knot atau 48 km/jam berpeluang terjadi di NTT, Maluku, dan Papua bagian Selatan.

Kondisi tersebut juga mempengaruhi tinggi gelombang laut dengan ketinggian 1,25 sampai 2,50 meter berpeluang terjadi di Perairan Selatan Ambon, Perairan Selatan Kepulauan Kei-Kepulauan Aru, Perairan utara Kepulauan Tanimbar, Laut Arafuru bagian Timur, Perairan Barat Yos Sudarso.

Gelombang dengan ketinggian 2,50 hingga 4 meter berpeluang terjadi di Laut Banda bagian Utara, Perairan Kepulauan Babar-Kepulauan Tanimbar dan Laut Arafuru bagian Tengah.

Gelombang dengan ketinggian 4 hingga 6 meter berpeluang terjadi di Laut Banda bagian Selatan, Perairan Kepulauan Sermata-Kepulauan Letti juga Laut Arafuru bagian Barat.

Untuk itu masyarakat diimbau agar waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang serta potensi gangguan transportasi laut akibat angin kencang dan gelombang tinggi

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019