Depok (ANTARA News) - Sekitar 30 wartawan yang tergabung dalam Pokja Wartawan (Pokja) Kota Depok melakukan aksi unjuk rasa dengan menutup mulut menggunakan lakban, setelah Kapolres Depok belum juga memberi tanggapan atas pernyataan sikap wartawan yang disampaikan Selasa (4/12) lalu. "Kami menuntut Kapolres Depok, Kombes Imam Pramukarno, untuk meminta maaf secara tertulis," kata Ketua Pokja Wartawan Kota Depok, Mirmo Saptono, di sela-sela aksi unjuk rasa di depan Polres Depok, Jumat. Para wartawan Kota Depok merasa terintimidasi dengan tindakan Kapolres Depok, yang melarang dan menghapus gambar yang telah diambil oleh wartawan Lativi Parulian Panggabean, ketika meliput "Depok Diberkati" di Depok Town Square (Detos) Jumat (30/11). Dalam aksinya wartawan mengenakan baju hitam-hitam sebagai tanda duka cita yang mendalam atas matinya kebebasan pers di Kota Depok. Pengunjukrasa juga menggelar aksi teatrikal terjadinya peristiwa 30 November 2007 di Detos, saat adegan perampasan kamera dengan cara tarik menarik kamera antara wartawan dengan "Kapolres". Sebagai simbol pelarangan polisi untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya, para wartawan menutup mulut dengan lakban hitam yang bertuliskan polisi. "Ini sebagai tanda bahwa kita telah diintimidasi oleh polisi," kata Mirmo. Sebelumnya para wartawan tersebut telah mendatangi Polres Depok, Selasa (4/12), untuk memprotes keras sikap arogansi dan intimidasi terhadap wartawan saat melaksanakan tugas peliputan. Empat wartawan --Parulian Panggabean (Lativi), Helmi Halim (Pos Metro), Mufti Ridwan dan Dodi Esvandi (Monitor Depok)-- dihalang-halangi oleh Kapolres Depok beserta ajudannya ketika meliput perayaan keagamaan yang menghadirkan Pendeta Gilbert Lumoindong di Detos yang kabarnya akan diserbu massa pada Jumat (30/11) malam karena tidak mempunyai ijin. Wartawan Lativi yang juga sedang mengambil gambar tiba-tiba didatangi ajudan Kapolres yang memintanya menghentikan pengambilan gambar itu. Ketika Parulian tetap menolak, Kapolres menghampirimya dan menyuruh menghapus semua gambar yang sudah diambil dengan nada menggertak. "Hapus semua gambar yang kamu ambil. Kalau sampai ditayangkan di televisi, saya kejar kamu ke mana pun," kata Kapolres dengan nada tinggi.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007