Washington (ANTARA) - AS diduga menolak permohonan visa anggota senior Organisasi Pembebasan Paletina (PLO) tanpa alasan, kata Hanan Ashrawi, yang berunding untuk Palestina dengan pemerintah terdahulu AS.

"Ini resmi! Permohonan visa AS saya telah ditolak. Tak ada alasan yang diberikan. Pilih satu dari yang berikut: Saya berusia lebih dari 70 tahun & seorang nenek; Saya telah menjadi pegiat Palestina sejak penghujung 1960-an; Saya sejak dulu selalu menjadi pendukung kuat perlawanan tanpa kekerasan," kata Hanan Ashrawi di dalam satu cuitan pada Senin (13/5).

Anggota senior PLO itu mengatakan ia berbicara dan berunding dengan "setiap Menteri Luar Negeri sejak (George) Shultz & setiap Presiden sejak George H.W. Bush (tidak termasuk pemerintah saat ini)", demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa malam.

Ashrawi berbicara dalam Konferensi Madrid pada 1991 atas nama delegasi Palestina, dan dari sana mendapat pengakuan internasional. Ia juga berbicara dengan Presiden AS dan pejabat senior berbagai Pemerintah Amerika.

Kasusnya mengumandangkan peristiwa serupa pada April, ketika pendiri bersama gerakan Boycott, Divestment, and Sanctions Omar Barghouti dilarang memasuki AS.

AS melakukan serangkaian tindakan untuk makin mengucilkan pejabat Palestina sebelum peluncuran rencana yang mereka usulkan bagi perdamaian Timur Tengah, termasuk pengakuan Jerusalem (Al Quds) sebagai ibu kota Israel, pemotongan ratusan juta dolar AS bantuan buat Palestina serta perintah penutupan misi diplomatik Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington, Kedutaan Besar de fakto Palestina di Ibu Kota Amerika.

"Saya cuma berharap seseorang bisa menjelaskan ini kepada cucu saya dan semua anggota keluarga saya di sana," kata Hanan Ashrawi.

Sumber: Anadolu Agency

Baca juga: Ashrawi seru Austria agar akui Negara Palestina

Baca juga: Perjuangan isu Palestina dan pemukiman ilegal di Dewan Keamanan PBB

Baca juga: Gadis cilik di Aceh Jaya sumbangkan celengan hajinya bagi Palestina

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019