Jakarta (ANTARA) - Pertamina optimistis menyelenggarakan 98 proyek eksplorasi dan pengembangan hulu migas di Indonesia pada tahun 2019 dengan biaya investasi yang dianggarkan pada tahun ini mencapai 1,9 miliar dolar AS atau setara Rp27,4 triliun.

Seluruh proyek tersebut dilaksanakan oleh anak usaha di sektor hulu migas Pertamina yang beroperasi di Indonesia. Proyek tersebut terdiri dari 47 proyek dilaksanakan oleh Pertamina EP, 29 proyek oleh PHE, 19 proyek oleh PHI, 2 proyek oleh PEPC, dan 1 proyek oleh PEPC ADK.

"Proyek-proyek migas tersebut meliputi kegiatan untuk mempertahankan "base production" seperti kegiatan pengeboran, konstruksi fasilitas produksi, pengembangan struktur temuan migas, serta pengembangan EOR," kata Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu dalam kesempatan dialog dengan media di Jakarta, Jumat.

Proyek-proyek ini penting mengingat perannya dalam mempertahankan pendapatan generator hulu saat ini. Kegiatan eksplorasi new ventures dilakukan melalui akses ke Wilayah Kerja eksplorasi baru dan investasi untuk melakukan survei seismik regional.

“Optimisme ini juga didukung dengan sejumlah capaian. Hingga bulan April, Pertamina telah menyelesaikan pengeboran 77 sumur di Indonesia yang terdiri dari 72 sumur eksploitasi dan 5 sumur eksplorasi di WK eksisting,” tegasnya.

Lebih lanjut Dharmawan menjelaskan bahwa pada tahun 2019 Pertamina berencana akan menyelesaikan 311 sumur pengeboran eksplorasi dan eksploitasi di Indonesia dimana sekitar 38 persen diantaranya berada di wilayah kerja Mahakam.

Baca juga: Jadi agenda prioritas, investasi hulu Pertamina capai 2,6 miliar dolar

“Realisasi pengeboran Pertamina mendominasi realisasi pengeboran migas di seluruh Indonesia. Komitmen pengeboran ini adalah yang terbesar di Indonesia dalam rangka menjaga keberlangsungan produksi dari aset-aset eksisting, “ tegasnya.

“Selain itu, sebagai bagian dari upaya menahan laju penurunan alamiah produksi, Pertamina juga melakukan program work over dan well intervention serta predictive maintenance yang dapat mengurangi potensi unplanned shutdown,” imbuhnya.

Dharmawan menjelaskan bahwa proyek pengembangan hulu migas yang dilakukan oleh Pertamina diharapkan mampu membantu penguatan produksi migas nasional. Pengembangan ini diperlukan karena sebagian besar wilayah kerja migas di Indonesia sudah membutuhkan pendekatan yang lebih khusus karena lapangan-lapangan tersebut sudah beroperasi lebih dari 40 tahun.

Terkait dengan pengelolaan lapangan migas di Indonesia, Dharmawan memberikan tiga hal yang perlu menjadi perhatian bersama. Pertama, tingkat maturitas bawah tanah di lapangan migas yang dikelola oleh Pertamina. Kedua, kondisi fasilitas produksi yang ada di lapangan hulu juga menjadi pertimbangan. Ketiga, untuk menjawab kebutuhan peningkatan produksi tentunya dibutuhkan upaya peningkatan cadangan dan produksi untuk jangka panjang. Hal ini perlu dilakukan kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan di Wilayah Kerja atau area baru.

Oleh karena itu, imbuh Dharmawan, Pertamina harus memastikan seluruh operasionalnya dilaksanakan dengan prudent dan sesuai kaidah operational excellence.

"Pertamina menjalankan operasinya secara prudent berwawasan lingkungan dengan menerapkan standar tinggi terhadap aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) untuk melindungi semua Pekerja, Mitra Kerja, Masyarakat sekitar serta Asset Perusahaan. Per bulan April tahun 2019 ini, Total Recordable Injury Rate (TRIR) berada jauh di bawah toleransi. Pertamina juga selalu mematuhi Peraturan Perundangan K3LL dan Pengamanan serta menggunakan teknologi tepat guna sesuai Standar Nasional dan Internasional," paparnya.

Baca juga: Pertamina Hulu Energi catat produksi migas lebihi target
Baca juga: Produksi migas Pertamina Hulu tumbuh 14 persen

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019