Mataram (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nusa Tenggara Barat (NTB), Junaidi, mengingatkan kepada masyaarakat di daerahnya untuk lebih mewaspadai ancaman bencana alam banjir dan longsor, sebagai akibat dari kerusakan kawasan hutan yang kian memprihatinkan. "Tingkat perusakan hutan di NTB beberapa terakhir ini cukup memprihatinkan. Khususnya kawasan-kawasan yang selama ini menjadi daerah tangkapan hujan," katanya kepada wartawan di Mataram, Kamis. Menurut dia, perubahan cuaca alam yang dipengaruhi oleh terjadinya perubahan panas bumi berdampak sangat buruk terhadap musim yang selama ini terjadi. Di saat musim kemarau, cuacanya sangatlah terik, dan menyengat yang menyebabkan banyak tmbuh-tumbuhan yang meranggas, dan sebaliknya disaat musim penghujan, curah hujan yang terjadi sangat besar. Kondisi dimusim penghujan demikian itu, masyarakat perlu lebih waspada. Sebab daerah-daerah tangkapan hujan yang diharapkan mampu menahan sementara curahan air hujan itu, sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Akibatnya, air hujan langsung tercurah, yang mengakibatkan sungai-sungai meluap. Seperti yang terjadi tiga hari terakhir ini, dimana hujan turun sepanjang hari, mengguyur kota Mataram. "Meskipun dampak dari meningkatnya volume air beberapa sungai yang membelah kota Mataram belum menimbulkan banjir, tetapi hal itu harus tetap diwaspadai, terlebih di daerah-daerah hulu," katanya. Ia mengemukakan, pemerintah provinsi NTB telah menetapkan beberapa titik daerah rawan longsor dan banjir disaat musim penghujan. Karena itu masyarakat harus lebih waspada, ketika curah hujan telah melebihi batas ambang normal. Kepada masyarakat di daerah-daerah rawan longsor hendaknya diingatkan agar segera mengungsi ke tempat yang lebih aman, bilamana curah hujan yang terjadi melebihi kebiasaan yang dialami masyarakat itu sendiri. Sementara itu, dari pantauan radio komunikasi penduduk, hingga saat ini belum ada kejadian luar biasa atas curah hujan yang terjadi tiga hari, sejak sehari sebelum perayaan Natal/. Meskipun sebagian Pulau Lombok di guyur hujan hingga empat hari berturut-turut, tetapi belum ada masyarakat yang harus diungsikan, baik akibat bajir maupun tanah longsor. Sungai-sungai yang sempat meluap, hingga menghayutkan tanaman kangkung masyarakat, namun belum menimbulkan bencana banjir. Masyarakat senantiasa melakukan aktivitasnya masing-masing. Di Kecamatan Ampenan, yang menjadi muara sungai-sungai yang membelah kota Mataram, dan langsung berhubungan dengan laut, belum terlihat adanya kejadian banjir. Masyarakat di pesisir pantai Ampenan, yang selama ini menjadi langganan banjir, khususnya disaat air sungai meluap dan air laut sedang pasang, masih melakukan aktivitasnya tanpa gangguan banjir. "Kita tetap waspada kalau sewaktu-waktu ada kiriman banjir akibat meluapnya sungai-sungai yang hulunya di kawasan Hutan Sesaot, Kabupaten Lombok Barat," kata Amin, salah satu warga pesisir pantai Ampenan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007