Jakarta (ANTARA) -- Erfan Siboro, 34 tahun, seorang pengusaha muda, berhasil terpilih sebagai salah satu pemenang program Semarak Djiwa Tangguh yang digelar oleh Minak Djinggo dari PT Nojorono Tobacco International. Lewat dua usahanya yakni Abit Kain dan Abit Catalogue, Erfan berhasil menjadikan salah satu kekayaan budaya Batak, yakni kain Ulos, menjadi sebuah produk gaya hidup modern di kalangan masyarakat luas.

Telah dirintis sejak 2015, pria yang sehari-hari juga bekerja sebagai karyawan di salah satu bank BUMN di Jakarta ini menceritakan impiannya melalui karya desain fashion.

"Yang menarik dari usaha yang saya jalani ini adalah, saya seperti membuka kembali sebuah tabir sejarah dan fakta. Yaitu mengembalikan fungsi tenun Ulos sebagai produk sandang, sebagaimana nenek moyang orang batak dahulu gunakan. Banyak orang Batak sendiri menggangap Ulos sebagai sebuah benda keramat, “dihormati” dan terkesan berhala, padahal dari dokumen sejarah bisa kita temukan foto-foto nenek moyang orang batak mengenakan ulos sebagai pakaian keseharian,” ujarnya.

Tenun Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu produk kain tenun khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak di Sumatera utara.

Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kemudian dalam perkembangannya hanya digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak saja, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk suvenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, dan ragam busana pakaian.

Erfan memadukan desain busananya dengan aksesoris dan nuansa etnik dari tenun ulos dengan modern pada setiap produk Abit Kain.

“Dari segi produksi memang cukup menantang, karena ulos sendiri ukurannya tidak seperti batik dan tenun timur lainnya yang berukuran besar. Ulos pada umumnya berukuran kecil, jadi ketika diaplikasikan menjadi baju butuh perhitungan yang ekstra, yakni perhitungan untuk membuat desain dan potongannya. Terutama kita memang harus kombinasi dengan kain lain. Dan saya sendiri tidak punya latar belakang desain maupun menjahit," tambahnya.

Erfan juga mengungkapkan bahwa usaha yang dijalaninya hingga saat ini tidaklah mudah, khususnya dalam berinovasi demi memenuhi permintaan pelanggannya.

“Ini memang tantangan paling berat, yakni adanya perbedaan ukuran ulos, sehingga membuat desain dan produksi bajunya butuh sedikit kerja keras. Selain itu, menemukan tim produksi yang telaten dan ulet serta bermental untuk maju serta bertumbuh itu agak sedikit sulit," lanjutnya.

Erfan mengungkapkan kebanggaannya dapat menjadi salah satu pemenang di program Semarak Djiwa Tangguh karena dirinya merasa begitu tertantang untuk dapat melahirkan pakaian yang tidak biasa ia rancang.

“Saya merasa senang dan bangga. Padahal untuk kompetisi ini yang menarik adalah segmentasi produknya adalah untuk pria. Dari sisi produk hanya 30% koleksi pria, dari sisi profil pembeli produk-produk saya juga hanya 20% pria. Karena memang saya sendiri agak sedikit tertantang membuat baju pria, sih. Jadi ketika berada dalam program ini saya serasa ditantang untuk melahirkan koleksi baju pria yang manly look dengan tenun ulos,” pungkasnya.

 

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019