Yogyakarta (ANTARA) - Kegiatan perekonomian dari sektor wirausaha di wilayah Desa Imogiri, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mampu mendongkrak kemandirian masyarakat setempat yang menggeluti usaha itu.

Sesuai potensi, Desa Imogiri yang terletak di pusat Ibu Kota Kecamatan Imogiri dengan luas sekitar 79 hektare tersebut terdapat sebuah Pasar Imogiri, salah satu pasar tradisional terbesar di Bantul dengan beragam produk.

Tidak ketinggalan pula, di sepanjang Jalan Imogiri Timur yang masuk wilayah Desa Imogiri terdapat pusat perekonomian yang menjajakan beragam kuliner dan makanan tradisional yang kini menjadi salah satu pusat keramaian dan aktivitas masyarakat.

Keramaian di kawasan pusat Ibu Kota Kecamatan Imogiri ini tidak lepas dari aktivitas ekonomi masyarakat Imogiri dan sekitarnya yang menjadikan wirausaha kuliner menjadi mata pencaharian mayoritas penduduk setempat.

“Mata pencaharian warga di wilayah ini mayoritas berwirausaha dan berjualan karena adanya pasar tradisional di Desa Imogiri,” kata Sekretaris Desa Imogiri Sigit Nugroho saat ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu.

Jumlah penduduk Desa Imogiri yang sekitar 4.200 jiwa terbagi dalam ratusan keluarga ini memang mayoritas bekerja di sektor perdagangan, karena pusat perekonomian daerah itu banyak menyerap wirausaha baru.

Guna menata sektor perdagangan dan pusat perekonomian di daerah itu, pihak desa bersama pemerintah daerah setempat juga telah melakukan inovasi melalui pembentukan Pusat Kuliner Terpadu. Ke depan, sentra kuliner ini diharapkan dapat berkembang menjadi pusat perekonomian warga desa setempat.

Sebab, sektor kuliner menjadi salah satu unggulan desa, sehingga pada 2019 desa merencanakan pengembangan kawasan menampung pedagang kuliner di Imogiri Utara tepatnya di pusat Kuliner Lapangan Demi.

Kerajinan kasur

Selain terdapat pusat perekonomian, desa yang terdiri atas empat pedukuhan yaitu Pedukuhan Dukuh, Kerten, Paduresan dan Pedukuhan Imogiri, ini juga memiliki sentra kerajinan kasur kapuk yang terpusat di pedukuhan Kerten.

Setidaknya ada sekitar 20 industri rumah tangga yang memproduksi kasur kapuk di rumah masing-masing. Inovasi warga desa berupa industri rumahan yang digeluti masyarakat secara turun-temurun ini mampu menambah pendapatan keluarga dari sektor itu.

Industri rumah tangga di Desa Imogiri ini ada satu sentra yang jadi produk unggulan itu bantal kapuk, ada sekitar 20-an keluarga, mereka mencari bahan baku sendiri, produksi sendiri dan menjual sendiri.

Namun demikian, kata dia, untuk pemasaran produk bantal kapuk di Pedukuhan Kerten ini sebagian masih bersifat manual dengan cara dijual sendiri atau menitipkan ke toko maupun memproduksi ketika ada pesanan.

Oleh karena itu, di tahun 2019 ini pemerintah desa pernah mencoba mengupayakan pelatihan dan pemasaran, tetapi berhubung belum terbentuk semacam kelompok, karena industri rumahan masih individu upaya itu masih terkendala.

Untuk itu ke depan, menurut dia, perlu ada dorongan untuk membentuk semacam koperasi yang menaungi perajin kasur kapuk di Desa Imogiri, seperti yang pernah dirintis mahasiswa ketika melakukan kuliah lapangan beberapa waktu lalu.

Dengan demikian, ketika sudah membentuk semacam koperasi dan semua perajin bisa menjadi satu, akan lebih mudah dalam promosinya di era sekarang ini yang serba dalam jaringan (daring) atau online. Pemdes pun siap membantu pemasaran secara online.

Selain industri kasur kapuk, kata dia, juga ada industri pembuatan jamu tradisional, minuman wedang uwuh sebagai minuman tradisional khas Imogiri yang sudah cukup dikenal masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.

Wedang uwuh yang merupakan minuman dengan bahan-bahan berupa dedaunan dan disajikan dalam air panas yang memiliki rasa manis dan pedas dengan warna merah cerah dan aroma harum ini bisa dibeli di kawasan parkir makam Raja Imogiri.


Wisata Kuliner

Desa Imogiri yang terletak di pusat Ibu Kota Kecamatan Imogiri ini, sayangnya tidak memiliki potensi wisata yang bisa dijual kepada wisatawan. Namun, desa ini memiliki keunggulan dari sisi wisata kuliner. Keberadaan warung dan rumah makan dengan banyak pilihan menu dapat memenuhi kebutuhan wisatawan saat di Bantul.
Pusat Kuliner Imogiri Terpadu. (ANTARA/Heri Sidik)

Menurut Sigit, di Desa Imogiri ini memang tidak terdapat objek wisata, namun ada wisata kuliner di beberapa titik termasuk yang akan dikembangkan di depan Puskesmas Imogiri.

Pengembangan wisata kuliner Imogiri itu akan memanfaatkan lahan terbuka di utara Puskesmas Imogiri, lokasi strategis sebagai wisata kuliner karena berada di simpang tiga dengan kepadatan lalu lintas ramai.

Pada tahap pertama pengembangan di akhir 2018, sudah dibangun empat kios pedagang, dan pada tahun ini akan dimaksimalkan lagi untuk wisata kuliner, dan pemerintah desa berencana membangun beberapa kios lagi.

Namun demikian, rencana pengembangan wisata kuliner Imogiri akan dilakukan secara bertahap sambil berkomunikasi dengan instansi pemerintah terkait. Rencananya akan memanfaatkan dari sebagian dana desa.

Desa Imogiri akan mengusulkan bantuan khusus untuk pengembangan perekonomian dari kabupaten atau dari sumber dana lainnya, tapi untuk sementara cukup bersumber dari dana desa.


Potensi seni budaya

Di sektor seni dan budaya, desa yang lokasinya tidak jauh dari Makam Raja-Raja Imogiri ini memiliki beragam kesenian dan kebudayaan yang sudah diwariskan secara turun temurun, yang setiap periode tertentu dipentaskan.

Setidaknya ada sekitar 15 kelompok kesenian tradisional di Desa Imogiri yang masih eksis dan mewadahi para pelaku seni budaya dalam menunjukkan kebolehannya, mulai dari kesenian gejog lesung, ketoprak, macapat dan sholawatan.

Baca juga: Desa Gubug sukses mandiri dengan hidupkan batik

Meski begitu, para kelompok kesenian tersebut perlu terus dilakukan pembinaan dan pelatihan serta fasilitasi dari pemerintah desa setempat, agar semakin dikenal masyarakat dan tidak tergusur oleh budaya modern.

“Pemdes akan terus menggali potensi untuk memaksimalkan Dana Keistimewaan (Danais) untuk pembinaan dan fasilitasi kelompok kesenian di Desa Imogiri, termasuk memberikan bantuan peralatan pementasan,” katanya.

Rencananya pemerintah Desa Imogiri akan meningkatkan intensitas pementasan kesenian tradisional dari yang biasanya dua sampai tiga kali dalam setahun menjadi dua kali lipat dan membangun gedung permanen untuk pentas.

Desa Mandiri

Lurah Desa Imogiri periode 2014-2019 Sunardi menjelaskan Desa Imogiri, Kecamatan Imogiri, telah dinobatkan menjadi Desa Mandiri oleh pemerintah pusat pada 2018, hal itu setelah dilakukan beberapa gebrakan dalam memandirikan masyarakat.

Upaya yang dilakukan pemerintahan desa dalam menjadikan Desa Mandiri di antaranya dengan memaksimalkan pembangunan infrastruktur atau akses jalan yang merata di seluruh pedukuhan, sehingga masyarakat langsung menerima manfaat dari pembangunan.

Pembangunan infrastruktur desa di Imogiri sendiri, menurut dia, memanfaatkan sebagian Dana Desa yang digelontorkan pemerintah pusat. Setiap tahun desa ini mendapat dana sebesar Rp900 juta, meski tidak besar namun bisa dioptimalkan.

Sementara itu, terkait dengan pemberdayaan masyarakat desa, melalui forum desa selalu dilakukan pertemuan rutin bersama para pamong termasuk perwakilan masyarakat, agar kalau ada masalah bisa langsung dicarikan solusinya.

Untuk itu, Sunardi --yang sudah habis jabatan lurah per 18 April 2019 dan akan melakukan serah terima jabatan (sertijab) dengan perwakilan Kecamatan Imogiri ini-- berpesan kepada masyarakat dan pamong untuk selalu menjaga kerukunan dan kebersamaan.

Masyarakat Desa Imogiri memang selalu didorong agar selalu menjaga kerukunan dan kebersamaan, termasuk kepada para pamong. Permasalahan di tingkat bawah diharapkan bisa diselesaikan langsung di tingkat bawah.

Inovasi desa

Untuk inovasi desa, setidaknya ada dua inovasi yang diprogramkan pemerintah desa yaitu tentang pemilahan sampah dengan memanfaatkan tempat pengolahan sampah dari Dinas Lingkungan Hidup, namun masih perlu dukungan dari berbagai pihak terkait.

Kemudian inovasi dengan membentuk Komunitas Kali Celeng (KKC) yang anggotanya mempunyai kepedulian terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar sungai yang mengalir di Desa Imogiri agar bisa berdampak positif di sektor lain.

Komunitas tersebut sudah terbentuk beberapa bulan lalu dan kegiatannya sudah berjalan, kegiatannya bersih-bersih lingkungan kali Celeng, karena rencananya di pinggir sungai itu akan dibuat kawasan khusus untuk berjualan kuliner

Dana desa yang digelontorkan pemerintah pusat ke seluruh desa sejak 2014 membawa manfaat dan dampak yang begitu besar terhadap pertumbuhan pusat ekonomi Desa Imogiri. Selain itu, masyarakat juga merasakan pembangunan infrastruktur jalan yang merata hingga pelosok desa.

Dengan demikian, dana desa itu jelas membantu sekali dalam kemakmuran masyarakat desa karena dapat mempercepat pembangunan, sebab kalau hanya mengandalkan alokasi dana desa tidak cukup karena dialokasikan untuk kegiatan lain.

Salah satu bukti konkret adanya dana desa itu adalah terbangunnya kios-kios untuk pelaku usaha kecil menengah (UKM) di sekitar pasar dan bantuan modal tambahan bagi pelaku industri kecil untuk mengembangkan usaha.

“Dana desa manfaatnya besar sekali, buktinya itu para pelaku UKM pada bermunculan, karena dari dana desa itu mereka bisa mengikuti pelatihan usaha dan mendapat tambahan modal usaha,” kata Sunardi.

Bahkan Desa Imogiri dengan dukungan dana desa yang berkisar Rp1 miliar tiap tahun, mampu mendongkrak pendapatan desa melalui pemasukan uang dari hasil sewa kios kepada pedagang yang dibangun dengan sebagian dana tersebut.

Kondisi itu diharapkan bisa mendongkrak pendapatan dari sewa kios yang dibangun di atas tanah kas desa dengan izin Gubernur. Pemanfaatan kios diprioritaskan bagi warga Imogiri dengan harga sewa yang tidak memberatkan.

Sunardi yang juga memiliki usaha kecil itu mengatakan, kondisi saat ini berbeda sebelum menjadi lurah pada 2013 yang mana masih banyak jalan lingkungan belum diperkeras, keberadaan pedagang di kawasan pasar belum tertata karena belum terfasilitasi. 

Baca juga: Rambipuji berinovasi menuju desa wisata

Baca juga: Desa Pangalengan bangkit dan meraih prestasi


 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019