Ini berarti ada kenaikan 2,33 persen dan merupakan kenaikan terbesar dibanding perolehan suara delapan parpol lain
Jakarta (ANTARA) - Partai NasDem menyebutkan kenaikan suara partai besutan Surya Paloh itu di Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 melebihi dari PDIP dan Gerindra.

Ketua DPP Partai NasDem Bidang Media dan Komunikasi Publik, Willy Aditya, di Jakarta, Sabtu, mengatakan, meski bukan peraih suara terbanyak, tetapi Partai NasDem merupakan pemenang Pileg 2019 karena partai itu mencatat kenaikan perolehan suara dan kursi DPR RI paling tinggi pada Pileg ini.

Menurut dia, dari sembilan partai politik yang dinyatakan lolos parliamentary threshold 4 persen, Partai NasDem mencatat kenaikan suara tertinggi menjadi 9,05 persen dari sebelumnya pada Pileg 2014 mencatat perolehan suara sebesar 6,72 persen.

"Ini berarti ada kenaikan 2,33 persen dan merupakan kenaikan terbesar dibanding perolehan suara delapan parpol lain yang lolos parliamentary threshold," jelasnya.

PDIP dan Partai Gerindra yang semula diprediksi akan mencatat kenaikan suara signifikan akibat adanya efek ekor jas (coat-tail effect) dari pencalonan Joko Widodo dan Prabowo Subianto, kata dia, tidak menjadi kenyataan.

PDIP mencatat kenaikan 0,38 persen menjadi 19,33 persen pada Pileg 2019 dibandingkan dengan hasil Pileg 2014 sebesar 18,95 persen. Sedangkan Gerindra mencatat kenaikan sebesar 0,76 persen pada Pileg 2019 menjadi 12,57 persen dibanding hasil Pileg 2014 sebesar 11,81 persen.

Pada konversi perolehan suara menjadi kursi DPR RI, kata Willy, Partai NasDem mencatat penambahan kursi DPR RI terbanyak sebesar 23 kursi sehingga menjadi 59 kursi dibanding hasil Pileg 2014 yang menempatkan 36 kader NasDem di DPR RI.

Sedangkan PDIP sebagai pengoleksi suara dan kursi terbanyak hasil Pileg 2019, mencatat penambahan sebanyak 19 kursi menjadi 128 kursi pada Pileg 2019 dari sebelumnya 109 pada Pileg 2014.

Sementara, Gerindra mencatat penambahan kursi DPR RI sebanyak 5 kursi dari 73 kursi DPR RI hasil Pileg 2014 menjadi 78 kursi hasil Pileg 2019. Sebaliknya Golkar mencatat penurunan enam kursi DPR RI dari 91 kursi pada 2014 menjadi 85 kursi pada Pileg 2019.

"Walau semua ini masih sementara, tetapi kira-kira komposisi parlemen hasil Pemilu 2019 seperti itu," kata Willy yang juga lolos ke Senayan hasil Pileg 2019 itu.

Ditanya mengenai isu apa saja yang diduga sebagai penggenjot kenaikan suara signifikan bagi NasDem, Willy mencatat sejumlah hal.

Pertama, soal NasDem tanpa mahar politik. Sikap politik NasDem tersebut bukan retorika tetapi merupakan kenyataan dan fakta di lapangan sehingga masyarakat merasakan dan mengalami secara langsung.

"Pengalaman langsung itu tentu menimbulkan kepercayaan. NasDem berterima kasih atas kepercayaan itu dan menjaga serta merawat kepercayaan tersebut," ujarnya.

Hal lain adalah pemilihan dan penempatan caleg yang benar-benar memiliki kapasitas serta dekat dengan masyarakat.

"Kedekatan caleg dengan konstituen tentu menimbulkan kepercayaan terhadap para caleg NasDem tersebut dan kemudian menjatuhkan pilihan kepada para caleg NasDem itu," kata Willy.

Ketiga, adalah totalitas Ketua Umum NasDem Surya Paloh dan segenap caleg serta kader NasDem dalam mengkampanyekan Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai pasangan capres-cawapres yang diusung NasDem.

Ia menambahkan, publik tentu masih ingat apa yang disampaikan Ketua Umum NasDem Surya Paloh di berbagai tempat selama masa kampanye bahwa kemenangan NasDem penting, tetapi kemenangan itu tidak ada artinya jika presidennya bukan Jokowi.

Bagi Willy, itu merupakan sikap totalitas Ketua Umum NasDem dalam memperjuangkan Jokowi menjadi presiden periode kedua dan NasDem bersyukur bahwa Jokowi-Ma’ruf Amin terpilih sebagaimana keputusan KPU.

"Apa yang diharapkan Ketua Umum Surya Paloh menjadi kenyataan yakni NasDem menang dan Jokowi terpilih lagi," kata Willy seraya menambahkan bahwa target NasDem meraih 100 kursi DPR RI pada Pemilu 2019 belum tercapai.

Baca juga: Politik tanpa mahar tempatkan NasDem posisi kelima Pileg 2019
Baca juga: NasDem andalkan figur caleg agar lolos parlemen

 


 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019