Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Relawan ProBumi Indonesia menyayangkan ulah oknum wisatawan yang tidak menjaga kebersihan pantai yang mengakibatkan sampah berserakan di sepanjang bibir pantai Laut Selatan Sukabumi, Jawa Barat.

"Sampah bertebaran di mana-mana. Mayoritas sampah plastik berupa botol minuman ringan, pembungkus makanan, kantong plastik dan lain sebagainya," kata Relawan ProBumi Asep Has di Sukabumi, Senin.

Seharusnya wisatawan yang ikut menikmati indahnya objek wisata alam ini turut menjaga kebersihan meskipun di lokasi minim tempat sampah, minimalnya sampah tersebut tidak dibuang sembarangan.

Apalagi sampah itu mayoritas adalah plastik yang membutuhkan puluhan tahun untuk bisa terurai di alam. Akibatnya pantai atau laut bisa menjadi rusak termasuk ekosistem di dalamnya serta imbasnya habitat ikan bisa terancam punah.

Bahkan, ia mencontohkan beberapa waktu lalu pernah ditemukan penyu sisik yang terjerat karung plastik dan berhasil diselamatkan wisatawan dan diserahkan kepada Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) Nyalindung, Kabupaten Sukabumi.

Ini merupakan contoh kecil, karena sampah tersebut sangat berbahaya bagi kehidupan satwa di laut. Imbas bisa dirasakan nelayan seperti hasil tangkapan ikan yang terus menurun dan tidak menutup kemungkinan objek wisata andalan yang sudah diakui Unesco menjadi Geopark dunia itu tercemar.

"Mari jaga bersama bumi kita, karena baik laut, pegunungan dan sumber daya alam lainnya adalah sumber kehidupan bagi umat manusia karena jika rusak, yang merasakan dampaknya juga manusia," tambahnya.

Asep mengatakan untuk menjaga kebersihan pantai ini warung yang berada di pinggir pantai diwajibkan membuat lubang untuj menimbun sampah dan ada juga yang dibakar. Namun, sayangnya kesadaran pengunjung dan kurangannya tempat pembuangan sampah sehingga wisatawan membuang sembarangan tanpa peduli kebersihan pantai.*


Baca juga: Petugas: Wisatawan jangan buang sampah sembarangan di Pantai Carita

Baca juga: KKP ajak pelajar pungut sampah pantai di Bali

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019