Kendari (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebukan dampak dari banjir yang terjadi di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara hingga kini tercatat ada 1.598 kepala keluarga (KK) atau 5.703 jiwa yang tersebar pada enam kecamatan tiga kelurahan dan 42 desa di wilayah itu.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat menyampaikan rilis yang diterima Antara, Rabu, menyebutkan tingginya intensitas hujan yang mengakibatkan banjir di wilayah itu pada 2 Juni 2019 yang menyebabkan meluapnya tiga sungai besar di wilayah itu yakni Sungai Lalindu, Sungai Walasolo dan Sungai Landawe mengakibatkan banjir di Konawe Utara.

"Kurigian yang sudah terdata hingga saat ini yakni, rumah yang hanyut sebanyak 202 unit, rumah terendam 1.396 unit. Lahan pertanian meliputi lahan sawah seluas 970,3 hektare, tanaman jagung 83,5 hektare, areal tambak seluas 420 hektare dan lainnya 11 hektare," ujaranya.

Fasilitas lainnya yang rusak berat seperti pasar ada tiga unit yang terendam yaitu pasar Landawe, Lembo dan pasar Laronanga.

Begitu pula dengan fasilitas umum serta fasilitas sosial, meliputi sekolah sebanyak 28 gedung (8 SD, 3 SMP, dan 17 PAUD), kantor desa sebanyak 2 gedung balai desa yang sudah tidak bisa digunakan. Begitu juga dengan rumah ibadah sebanyak 5 bangunan masjid terendam, dan dua puskesmas.

Sementara jembatan dan jalan meliputi ada empat jembatan penghubung antara kabupaten dan provinsi serta jembatan dari satu Desa Laronanga ke Desa Puwonua hanyut dan terputus.

Menurut Sutopo Purwo Nugroho, kebutuhan mendesak yang segera harus tertangani adalah pelayanan kesehatan, dapur umum dan kebutuhan dasar, matras, tenda pengungsi, selimut dan family kit, genset, alat komunikasi, light tower, pakaian layak pakai, makanan siap saji, gas elpiji, senter, sepatu boot, sarung tangan dan mantel.

"Upaya yang sudah dan sedang dilakukan yakni telah menyusun form pendataan pengungsi dan pendistribusian logistik. Saat ini juga sedang dalam proses pengumpulan data, monitoring ketinggian air dan melakukan evakuasi dan penyelamatan masyarakat terdampak banjir," ujarnya.

Selain itu, kata Sutopo, kepala OPD yang menjadi koordinator di masing-masing kecamatan sudah mulai melakukan assesment terkait jumlah masyarakat yang terdampak, mengungsi, kerusakan rumah serta menentukan lokasi yang akan didirikan tenda pengungsi dan dapur umum.

Termasuk fasilitas peswat helikopter dari BNPB sudah beroperasi menyalurkan bantuan logistik dan personil di lokasi yang terisolir. Helikopter melakukan distribusi logistik, personil dan evakuasi sebanyak 2 sorti yakni, sorti 1 di Lapangan Kecamatan Oheo (pukul 14.51 WITA) dan Sorti 2 di Desa Mopute Kecamatan Oheo (pukul 15.12 WITA).

"Kendala yang kini dirasakan sekarang yakni hujan dengan intensitas cukup tinggi masih turun membuat arus aliran air masih deras, penggunaan sampan mesin tidak dapat menjangkau wilayah terisolir, sulitnya akses komunikasi dan penyaluran bantuan logistik dari BNPB belum tiba dikarenakan akses jalan menuju Kabupaten Konawe Utara terputus," tuturnya.

Sementara kegiatan lain oleh Tim BNPB yakni melakukan kerjasama dan koordinasi antara Tim BNPB dan BPBD dengan Bupati terkait penanganan darurat, memberikan arahan dan masukan dalam rangka pendampingan penanganan darurat kepada BPBD, mendampingi BPBD dalam penyusunan administrasi Dana Siap Pakai (DSP) serta mengikuti rapat evaluasi harian kegiatan penanganan darurat bencana banjir di Posko PDB.

Hal lainnya yang masih menjadi kendala adalah masih ada tiga desa yang belum bisa dijangkau karena akses yang putus dan derasnya aliran air, yakni Kecamatan Wiwirano meliputi Desa Padalere Utama, Desa Padalere dan Desa Lamonae Utama.

"Hingga saat ini, tim Reaksi Cepat BNPB terus mendampingi BPBD. Berhubung beberapa tempat belum bisa dihubungi karena ada 4 jembatan putus dan longsor maka bantuan disalurkan dengan helikopter BNPB dan droping bantuan dari Jakarta dengan pesawat kargo terus disalurkan," tutupnya.

 

Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019