Itu sebabnya kami sangat kewalahan melayani permintaan angkutan karena daya angkut kami cukup besar dan tarifnya juga sangat murah,
Morowali (ANTARA) - Dua kapal motor Inkamina penangkap ikan bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk kelompok nelayan di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dikerahkan untuk mengangkut barang dan penumpang korban bencana alam banjir yang terisolasi perhubungan darat karena rusaknya sejumlah jembatan di daerah tambang nikel itu.

"Kami turunkan dua kapal Inkamina dan beberapa kapal motor kecil milik anggota kami untuk membantu mengatasi kesulitan transportasi barang dan jasa di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali," kata Syahrul, salah seorang Ketua Kelompok Usaha Bersama Nelayan di Bungku, Ibu Kota Kabupaten Morowali, Kamis.

Menurut dia, kapal Inkamina bertonase 35 GT itu difokuskan untuk mengangkut sepeda motor dan bahan pokok seperti elpiji, gula, beras, air mineral, telur ayam dan sayur-mayur.

"Kalau tidak ada muatan barang, kami memuat penumpang juga," ujarnya dan mengatakan bahwa pengoperasian Kapal Inkamina ini mengenakan tarif yang jauh lebih murah dari yang dipungut nelayan pada umumnya.

Kalau nelayan lain yang mengoperasikan perahu motor tempel (ketinting) memungut Rp250.000 untuk setiap sepeda motor dan satu penumpangnya, namun kapal Inkamina hanya mengutip Rp100.000. Sedangkan untuk mengangkut barang, khususnya bahan pokok, tergantung kemampuan pemilik barang, yang penting ongkos bahan bakar dan jasa naik-turun barang bisa tertutupi.

"Itu sebabnya kami sangat kewalahan melayani permintaan angkutan karena daya angkut kami cukup besar dan tarifnya juga sangat murah," tambahnya.

Jasa angkutan kapal Inkamina ini diberikan untuk rute Bahomotefe, Kecamatan Bungku Timur, ke Bahodopi, Kecamatan Bahodopi dengan lama pelayaran sekitar 45 menit. Setiap hari, kedua kapal ini bisa menjalani rute itu sebanyak dua kali.

Angkutan laut saat ini menjadi sarana vital bagi masyarakat di Kecamatan Bahodopi untuk masuk dan keluar ke Bahodopi, kota tambang nikel tersebut, karena Jembatan Dampala, Kecamatan Bahodopi, yang musnah dibawa banjir bandang pada Sabtu (8/6), belum bisa dilewati.

Puluhan kapal motor nelayan saat ini beroperasi untuk mengangkut barang dan penumpang yang masuk dan keluar Bahodopi dari arah Kota Poso, Palu dan Makassar sebab belum ada jembatan darurat yang dibangun pemerintah.

"Saat ini memang cuaca di laut kurang mendukung untuk mencari ikan, karena itu kapal-kapal nelayan beralih fungsi menjadi taxi laut dengan pendapatan yang cukup menggembirakan," ujar Syahru.

Kepala Satuan Kerja III Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Palu Beny Birmansyah mengatakan bahwa pihaknya sedang membangun jembatan besi (bailey) yang akan menjadi jalur alternatif di Sungai Dampala dan baru akan fungsional kira-kira tiga hari ke depan.

Pemantauan di Wilayah Morowali, Rabu, puluhan truk besar yang mengangkut berbagai kebutuhan masyarakat dan pembangunan di wilayah itu tidak bisa masuk Bahodopi atau keluar dari Bahodopi, baik ke arah Poso, Palu dan Makassar maupun ke arah Kendari, Sulawesi Tenggara.

Kecamatan Bahodopi merupakan pusat kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi penting di Sulawesi Tengah setelah hadirnya kawasan industri pertambangan nikel PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang kini telah ditetapkan sebagai salah satu obyek vital nasional.
Pemandangan di Pantai Desa Bahomotefe, Kabupaten Morowali, Rabu (12/6), dimana ratusan sepeda motor menanti angkutan laut menuju Bahodopi. Hal yang sama terjadi di Dersa Bahodopi menuju Bahomotefe, sebagai dampak bencana alam banjir pada Sabtu (8/6) yang mengakibatkan sejumlah jembatan putus sehingga kota tambang itu terisolasi total dalam perhubungan darat selama hampir sepekan terakhir. (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)

Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019