Timika (ANTARA) - Manajemen PT Freeport Indonesia kini tengah melakukan negosiasi dengan sejumlah perbankan untuk mendanai pembangunan pabrik smelter di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas di Timika, Selasa, mengatakan pembangunan pabrik smelter berkapasitas 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun itu membutuhkan biaya yang sangat besar.

Pihak Freeport menaksir biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik smelter tersebut berkisar 2,8 hingga 3 miliar dolar AS atau dengan kurs rupiah saat ini sekitar Rp48 triliun - Rp50 triliun.

"Pendanaan proyek smelter di Manyar Gresik salah satu opsinya antara lain dari perbankan. Kami sedang membicarakan itu dengan beberapa bank," jelas Tony.

Ia menyebut pabrik smelter yang akan dibangun PT Freeport di Manyar, Gresik itu berada di kawasan industri bernama Java Integrated Port & Industrial Estate (JIPI).

Pihak Freeport telah membeli lahan seluas 100 hektare di lokasi itu yang sebelumnya merupakan kawasan pertambakan.

"Lahannya sudah siap, sementara ini kami lakukan pemadatan dengan memasang Prefabrecated Vertical Drain/PVD agar tanahnya lebih padat lagi mengingat smelter ini kapasitasnya besar dan harus bisa bertahan hingga 100 tahun ke depan," jelas Tony.

Freeport juga tengah menyelesaikan studi akhir detail enginering untuk pembangunan proyek smelter di Gresik tersebut.

Tony mengatakan jajarannya telah menggelontorkan anggaran hampir Rp2 triliun untuk pengadaan lahan, pematangan lahan maupun kegiatan studi pembangunan pabrik smelter di Gresik tersebut.

Mega proyek yang diproyeksikan akan tuntas pada 2023 itu rencananya akan memproduksi 99,9 persen katoda tembaga sebagaimana yang dihasilkan oleh PT Smelting Gresik di kawasan Petrokimia yang juga kini dimiliki oleh PT Freeport.

PT Smelting Gresik dibangun tahun 1996 dan sudah 23 tahun beroperasi dengan kapasitas 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun.

"Pabrik yang akan kami bangun di Manyar Gresik dua kali lipat dari yang ada sekarang sehingga nantinya total kapasitas konsentrat yang bisa diproses di dua pabrik smelter itu 3 juta ton. Produksi konsentrat Freeport ke depan ditargetkan sekitar 3 juta ton sehingga diharapkan semuanya bisa diolah di dalam negeri," jelas Tony.

Tony menyebut ada banyak aspek yang menjadi pertimbangan utama bagi Freeport untuk membangun pabrik smelter di Gresik, bukan di Papua sebagaimana harapan pemerintah dan rakyat setempat.

Pertimbangan itu mencakup ketersediaan pabrik pengolahan asam sulfat yang merupakan limbah pabrik smelter akan dimanfaatkan oleh perusahaan Petrokimia. Selain itu menyangkut ketersediaan daya listrik, infrastruktur lain seperti pelabuhan, akses jalan raya dan lainnya.

Khusus untuk kebutuhan daya listrik di pabrik smelter yang akan dibangun Freeport tersebut nantinya diperkirakan mencapai 200 megawatt.

Baca juga: Freeport cari pinjaman bangun smelter di Gresik

Baca juga: Progres smelter Freeport masih 3,86 persen

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019