Permintaan data daerah rawan kekeringan kepada aparat desa itu, karena yang mengetahui kondisi daerah adalah aparat desa.
Pamekasan (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan, Jawa Timur, mulai memetakan daerah rawan kekeringan dan kekurangan air bersih saat kemarau seperti sekarang ini.

Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan Budi Cahyono mengatakan saat ini pihaknya sudah meminta para aparat desa untuk mengirim data daerah rawan kekeringan.

"Data pastinya masih menunggu dari masing-masing desa yang ada di Pamekasan ini," katanya di Pamekasan, Senin (24/6) malam.

Budi menjelaskan, permintaan data daerah rawan kekeringan kepada aparat desa itu, karena yang mengetahui kondisi daerah adalah aparat desa.

Terkadang, sambung dia, daerah yang mengalami kekeringan berbasis dusun, bukan desa.

Baca juga: Lahan sawah enam kecamatan di Karawang rawan kekeringan

"Kemungkinan bulan depan jumlah desa atau dusun yang mengalami kekeringan sudah bisa ketahui," katanya menjelaskan.

Jika mengacu pada data tahun lalu, jumlah desa dan dusun yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih di Pamekasan cukup banyak, yakni mencapai 80 desa yang tersebar di hampir semua kecamatan yang ada di Pamekasan.

Jenis kekeringan yang terjadi di Pamekasan kala itu terbagi dalam dua jenis, yakni kekeringan langka dan kekeringan kritis.

Kekeringan kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan ketersediaan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.

Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang, per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat, sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.

Baca juga: Dampak kemarau, Tulungagung siaga bencana kekeringan
Baca juga: BPBD petakan daerah rawan kekeringan di Ngawi meluas

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019