Salah satunya adalah berkoordinasi dengan PT KAI untuk bisa menambah kapasitas parkir di bawah tanah
Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta terus mendorong beberapa pihak untuk bisa memberikan dukungan terhadap pengembangan kawasan Malioboro, khususnya dalam penyediaan lokasi parkir yang memadai.

“Salah satunya adalah berkoordinasi dengan PT KAI untuk bisa menambah kapasitas parkir di bawah tanah. Ini baru sebatas usulan saja, tetapi terus kami upayakan agar bisa direalisasikan,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Senin.

Menurut Heroe, jika parkir bawah tanah di bawah kawasan Stasiun Tugu milik KAI bisa direalisasikan, maka akan ada tambahan kapasitas parkir untuk sekitar 1.200 mobil.

Meskipun demikian, Heroe menyadari jika realisasi pekerjaan pembangunan parkir bawah tanah di kawasan stasiun tersebut bukan pekerjaan yang mudah karena ada beberapa kendala yang akan dihadapi, di antaranya status lahan hingga biaya yang harus dikeluarkan.

Selain di kawasan Stasiun Tugu, usulan penambahan parkir bawah tanah tersebut juga diwacanakan dibangun di beberapa titik lain seperti di Pasar Beringharjo atau di kawasan sekitar Benteng Vredeburg hingga Taman Pintar. “Hanya saja, untuk kawasan ini ada kendala pada faktor akses yang dinilai sulit,” katanya.

Sebelumnya, Heroe juga melontarkan rencana pembangunan parkir bawah tanah di kawasan Stadion Kridosono sejalan dengan penataan kawasan tersebut.

Keterbatasan parkir di sekitar kawasan Malioboro selalu muncul sebagai permasalahan yang dihadapi Kota Yogyakarta saat libur panjang, seperti Lebaran.

Di kawasan Malioboro, terdapat tujuh kantong parkir yang dikelola pemerintah maupun swasta. Kantong parkir dari pemerintah memiliki kapasitas 300-400 mobil, 70-80 bus dan sekitar 4.000 sepeda motor. “Kapasitas tersebut belum cukup,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Heroe, untuk mengantisipasi kepadatan saat libur panjang perlu dilakukan upaya jangka pendek yaitu dengan memetakan lahan-lahan kosong yang bisa ditempati untuk parkir insidental.

“Misalnya meminta pemilik lahan kosong untuk menyediakan lahannya sebagai lahan parkir sementara,” katanya.

Nantinya, lanjut dia, juga diwacanakan mengenai penyiapan moda transportasi tradisional seperti becak dan andong di tempat parkir untuk mengantarkan wisatawan menuju tempat wisata. “Tentunya, dengan rute yang tetap dan tarif yang tetap. Harapannya, wisatawan pun tidak kesulitan menuju tempat wisata,” katanya.

Selain itu, Heroe juga mengusulkan agar syarat pembangunan bangunan atau gedung baru menyediakan lokasi parkir yang cukup sehingga 20-30 persen kapasitas parkir tetap bisa digunakan untuk kebutuhan umum sehingga nantinya tidak ada lagi parkir tepi jalan umum.

Baca juga: Sultan ingin Malioboro semipedestrian diwarnai aktivitas seni-budaya
Baca juga: Uji coba semipedestrian di Malioboro terus berlanjut
Baca juga: DIY siapkan Malioboro sebagai arena pertunjukan seni


Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019