Jakarta (ANTARA) - Puji, seorang wisatawan yang sedang berada di kawasan wisata Kota Tua,  tak henti-hentinya menggerutu lantaran seorang petugas keamanan tiba-tiba meminta dirinya berpindah tempat duduk, di tengah terik matahari, Rabu (26/6) siang.

Padahal dua menit sebelumnya, wisatawan lokal asal Depok itu masih asyik duduk di kursi beton di depan restoran "Cafe Batavia", sembari menikmati hangatnya kuah mie instan cup yang baru saja ia beli di pedagang asongan keliling.

Perempuan mungil berhijab tersebut nampak masih tak terima dengan pengusiran dirinya. Dia pun coba mencari tahu.

Selidik punya selidik, ternyata diketahui bahwa akan ada "tamu penting kenegaraan" yang akan menyambangi Cafe Batavia, selama 60 menit ke depan.

Puji bukanlah satu-satunya pengunjung Kota Tua yang diminta untuk berpindah tempat. Sejumlah wisatawan yang berada di area Cafe Batavia, pun Museum Wayang juga dihalau secara halus oleh petugas.

Pukul 14.30 WIB, kedua area tersebut harus sudah steril dari pengunjung. Terlihat sejumlah pasukan pengamanan presiden, satuan tugas pengamanan kawasan Kota Tua, serta aparat kepolisian dari Polsek Taman Sari dan anggota TNI AD dari Koramil Taman Sari melakukan penjagaan di sudut-sudut area itu.

Puji dan pengunjung lainnya masih belum tahu siapa "tamu penting kenegaraan" yang hendak melancong ke Kota Tua. Kehadiran tamu itu sedikit banyak telah membuat heboh sekaligus rasa bertanya-tanya di benak pengunjung.

"Pak Jokowi kali ya yang mau datang," celetuk seorang pengunjung pria dengan nada penasaran.

Tamu kenegaraan tiba

Tepat pukul 14.45 WIB suara sirine mulai meraung-raung di pintu masuk sebelah utara kawasan wisata Kota Tua. Diikuti oleh iring-iringan kendaraan yang mulai masuk sejurus kemudian.

Sebuah mobil sedan berwarna hitam dengan bendera Republik Indonesia dan Argentina terpasang di sudut kiri dan kanan mobil bagian depan, berhenti tepat di depan pintu masuk Museum Wayang.

Sosok perempuan tinggi semampai berambut pirang sepunggung dengan gaun panjang ungu bermotif nampak keluar lebih dulu dari pintu mobil sebelah kanan baris kedua.

Tak berselang lama, sosok pria dengan setelan jas berwarna gelap menyusul keluar melalui pintu kiri baris kedua.

Belakangan diketahui bahwa kedua sosok tersebut adalah Presiden Argentina Mauricio Macri dan Ibu Negara Juliana Awada, yang tengah melakukan kunjungan kenegaraan di Indonesia.

Dalam kunjungan singkatnya ke Tanah Air, Macri dan Juliana menyempatkan diri mengunjungi kawasan wisata Kota Tua, setelah pada pagi harinya melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor.

Kehadiran Presiden dan ibu negara dari "negeri tango" sontak membuat riuh suasana Kota Tua sore itu. Rasa penasaran pengunjung tentang sosok "tamu penting kenegaraan" akhirnya terjawab.

Tepuk tangan dan teriakan dari pengunjung mulai terdengar bersahut-sahutan, membuat suasana penyambutan menjadi hangat dan penuh keakraban.

Sebuah senyuman kecil, diiringi lambaian tangan dilayangkan oleh Macri sebagai bentuk balasan atas sambutan simpatik yang diberikan oleh pengunjung.

Terpesona dengan wayang

Macri dan Juliana beserta rombongan dari Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Argentina langsung menuju pintu masuk Museum Wayang. Kehadiran mereka disambut oleh Kepala unit pengelola kawasan wisata Kota Tua, Norviadi.

Norviadi sendiri tidak ikut mendampingi Macri. Tugas untuk memandu Macri selama di dalam Museum Wayang diberikan kepada seorang petugas pemandu wisata, Didik Cahyono.

Didik diberi kepercayaan untuk menerangkan tentang sejarah dan jenis-jenis wayang yang menjadi koleksi museum kepada Macri dan rombongan.

Didik mengatakan selama dia memberi penjelasan, Macri dan Juliana nampak memperhatikan dan mendengarkan secara seksama.

Sesekali keduanya juga mengamati bentuk-bentuk unik wayang yang dipajang dibalik lemari kaca.

"Ada wayang kulit, wayang golek, dilihat satu persatu dengan antusias," ucap Didik.

Kunjungan Macri beserta rombongan di Museum Wayang berlangsung sekitar 10 menit.

Sebelum meninggalkan Museum Wayang, Macri sempat mengatakan kepada Didik bahwa suatu saat dirinya akan kembali lagi ke Indonesia untuk menyaksikan pertunjukan wayang.

"Di akhir kunjungan dia bilang langsung ke saya 'saya akan kembali lagi ke sini dan menyaksikan pertunjukan wayang'. Dia bilang begitu," ujar Didik.

Usai mengunjungi Museum Wayang, Macri, Juliana, dan rombongan kemudian menuju restoran "Cafe Batavia" untuk beristirahat sejenak, sambil menikmati kudapan yang disediakan.

Jarak dari Museum Wayang ke Cafe Batavia sekitar 25 meter. Selama perjalanan menuju Cafe Batavia, keduanya kembali mendapat sambutan hangat dari pengunjung. Teriakan riuh dan ucapan selamat datang diteriakkan berulang kali oleh masyarakat.

Macri yang tampil dengan kemeja biru muda setelah menanggalkan jasnya, kembali melambaikan tangan ke arah kerumunan massa sebagai bentuk penghormatan.

Presiden Macri dan Ibu Negara berada di dalam restoran sekitar 30 menit. Tepat pukul 15.30 WIB, keduanya beserta rombongan meninggalkan kawasan Kota Tua dengan iringan penjagaan ketat dari Paspampres dan kepolisian.

Promosikan Kota Tua

Kunjungan Macri dan Juliana ke kawasan wisata Kota Tua disambut baik oleh Norviadi. Dia berharap kehadiran keduanya mampu lebih memperkenalkan Kota Tua ke kancah dunia internasional sebagai salah satu pilihan destinasi wisata menarik di Indonesia.

"Ini merupakan momentum yang sangat bagus sehingga Kota Tua bisa lebih dikenal di dunia internasional," ujar Norviadi

Menurut dia, kunjungan Macri merupakan momentum yang bagus untuk mempromosikan kawasan Kota Tua ke luar Indonesia.

Kapasitas Macri sebagai Presiden Argentina diyakini akan berpengaruh besar terhadap proses penyebaran informasi mengenai daya tarik destinasi kawasan berjuluk Oud Batavia (Batavia lama) tersebut.

"Terlebih yang berkunjung ini adalah orang nomor satu, presiden dari Argentina, mudah-mudahan apa yang didapat dari hasil kunjungan ini positif buat destinasi kawasan Kota Tua dan pariwisata Indonesia," ujar Norviadi.
 

Baca juga: Presiden Argentina kunjungi kawasan wisata Kota Tua Jakarta Barat

Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2019