program ini mampu meningkatkan daya saing dan menekan biaya produksi sektor perikanan nasional
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama-sama Kedubes Swiss dan Organisasi Pengembangan Industri PBB (UNIDO) sepakat melanjutkan kerja sama program Smart Fish untuk jangka waktu 2019-2022 yang bertujuan meningkatkan daya saing perikanan nasional

"Hal ini dilakukan mengingat program ini mampu meningkatkan daya saing dan menekan biaya produksi sektor perikanan nasional, sehingga berkontribusi membuka pangsa pasar baik domestik maupun ekspor, dan memberikan keuntungan lebih bagi pembudidaya ikan," kata Sekjen KKP Nilanto Perbowo dalam acara penandatanganan perpanjangan Dokumen Program Smart Fish di Jakarta, Kamis.

Menurut Nilanto Perbowo, Program Smart-Fish telah membantu mewujudkan pengembangan sektor perikanan nasional terutama untuk tiga rantai nilai komoditas yaitu rumput laut, ikan pangasius, dan tuna.

Ia mencontokan untuk rantai nilai ikan pangasius, program ini telah memperkenalkan metode budi daya baru yang telah meningkatkan efisiensi, kualitas, dan warna daging yang lebih baik, serta peningkatan produksi.

Adapun branding One-by-One untuk jenis pole and line tuna juga dinilai telah mempromosikan perikanan pole and line Indonesia sebagai perikanan ramah lingkungan, berkelanjutan, dan memiliki praktik penangkapan ikan yang lebih baik.

Selain itu, ujar dia, program tersebut juga dinilai mampu menekan biaya pakan hingga di bawah 60 persen. "Kami sangat berterima kasih kepada Pemerintah Swiss yang mau memberikan dukungan pada sektor perikanan dan kelautan nasional," tuturnya.

Demikian pula untuk komoditas rumput laut dan tuna. KKP mengklaim telah terjadi kenaikan volume produksi dengan tingkat efisiensi tinggi, sehingga menghasilkan lonjakan keuntungan bagi pembudidaya.

Intervensi Smart Fish juga mendorong investasi pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan pemerintah, sebesar 11,8 juta dolar AS. "Tiga komoditas ini memiliki harapan cerah untuk daya saing perikanan di Indonesia," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP)  Machmud mengungkapkan saat ini Indonesia sedang bersaing dengan Vietnam dalam memenuhi permintaan ikan patin di Timur Tengah.

Dengan permintaan secara global sebesar 500.000 ton, Machmud optimis Indonesia bisa menggarap sejumlah pasar potensial, seperti Afrika.

"Dengan bantuan Smart Fish kita harap bisa efisiensi, dan mampu memenuhi permintaan pasar domestik maupun luar negeri," ungkap Machmud.

Saat ini, menurut Machmud, ikan patin Indonesia sudah mampu menembus pasar Arab Saudi. Tahun 2019, 200 ton ikan patin beku diekspor perdana ke Arab Saudi untuk keperluan jemaah haji, dengan nilai 472 ribu dolar AS. “Harapannya ke depan ikan patin kita mampu menembus dan ekspor ke negara lain,” ujarnya.

Sementara itu, menurut Duta Besar Swiss KurtKunz, Program Smart-Fish telah memberikan hasil dan pencapaian yang memuaskan dan akan dilanjutkan untuk disebarluaskan ke seluruh Indonesia.

Untuk itu, Perwakilan UNIDO untuk Indonesia, Esam Alqararah, meminta dan mengharapkan dukungan dari para pemangku kepentingan, agar hasil baik yang diperoleh dari program Smart-Fish dapat terus dilanjutkan.

Baca juga: Menteri Susi: Makin mepet, makin kencang

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019