Manado (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dalam acara Jakarta Marketing Week pada April 2019 menobatkan Provinsi Sulawesi Utara sebagai "The Rising Star" karena mampu mendorong pertumbuhan kinerja pariwisatanya hingga 600 persen dalam empat tahun terakhir.

Wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Sulut, utamanya ke Manado dan Bitung pada 2015 sebanyak 20 ribu, tahun 2016 meningkat menjadi 40.000 atau dua kali lipat. Selanjutnya pada 2017 sebanyak 80.000, dan tahun 2018 meningkat menjadi 120.000.

Namun apakah infrastruktur di provinsi tersebut sudah mendukung sektor pariwisata yang sedang "booming" tersebut?

Perbaikan Infrastruktur

"Jadi ini dimulai dari permintaan dari 'travel agent' dan travel biro yang banyak sekali turis ingin datang ke Manado, khususnya dari Tiongkok dan juga dari negara-negara lain, banyak," kata Presiden Joko Widodo di Bandara Sam Ratulangi, Manado,.

Presiden Joko Widodo membawa setidaknya lima orang menteri dalam kunker yang khusus untuk membahas percepatan perbaikan fasilitas pariwisata di Sulut tersebut.

Menurut Presiden, terminal bandara Sam Ratulangi sudah tidak lagi mencukupi permintaan wisatawan asing.

"Apabila yang ingin datang kita terima semuanya, sudah tidak cukup lagi, juga runway-nya masih kurang panjang sedikit, apabila (pesawat) yang berbadan lebar ingin turun di Manado," ungkap Presiden.

Saat ini landas pacu bandara Sam Ratulangi adalah sepanjang 2.650 m x 45 m dengan luas terminal 26 ribu meter persegi dan kapasitas 2,5 juta penumpang per tahun. Bandara tersebut melayani 7 rute penerbangan internasional yaitu Singapura, Guangzhou, Changsa, Tianjin, Shanghai, Nanning dan Xi'an.

Data kantor imigrasi kelas I Manado menunjukkan turis mancanegara pada periode Januari-Mei 2019 mencapai 55.144 orang atau meningkat 9,67 persen dari periode yang sama pada Januari-Mei 2018 yaitu 50.284 orang dengan asal negara paling banyak adalah China (86 persen), Singapura (2 persen), Jerman (2 Persen), Amerika (1,3 persen) dan negara lainnya.

"Nanti luasnya total 56. 000 meter persegi bisa mengangkut kurang lebih 6 juta penumpang. Gede banget," ungkap Presiden.

Presiden pun mengaku sudah banyak maskapai asing yang memiliki jalur penerbangan ke Bandara Sam Ratulangi.

"Ada banyak yang sekarang sudah masuk ke sini banyak. Silk Air, Sriwijaya, Lion Group. Silk Air dari Singapura, yang dua memang maskapai penerbangan nasional," tambah Presiden.

"Yang banyak terbangnya dari Tiongkok, tujuh provinsi yang ada di Tiongkok karena di sini kita melihat karena kedekatan. (Sulawesi Utara) ini kan paling utara hanya empat jam, ada target-target pasar memang setiap daerah berbeda-beda," ungkap Presiden.

Sehingga Presiden pun memerintahkan agar setiap otoritas dapat mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik.

"Terminal dibangun oleh Angkasa Pura, perpanjangan 'runway' oleh kementerian perhubungan, beda-beda. Nanti misalnya jalan lingkar oleh Menteri PU, kawasan wisata oleh menteri PU jadi bisa (meningkat) berlipat. Ini kan juga lipat kapasitas bandara tapi juga sama hotelnya harus siap, semuanya mau kita integrasikan secara baik," tegas Presiden.

Infrastruktur lainnya adalah pembangunan jalan tol Manado-Bitung untuk memicu pertumbuhan pariwisata dan industri di Provinsi Sulawesi Utara.

"Tol ini bisa nanti larinya ke pariwisata, bisa nanti ke industri. Nah pariwisata nanti yang di Pulau Lembeh. Itu nanti menjadi titik pariwisata baru di Bitung," ungkap Presiden.

Jalan tol sepanjang 39 kilometer ini akan menghubungkan dua kota terbesar di Sulawesi Utara, yakni Manado dan Bitung. Proyek tersebut dibagi menjadi dua tahap yakni Seksi 1 Manado – Airmadidi sepanjang 14 kilometer dan seksi 2 Airmadidi – Bitung sepanjang 25 kilometer.

Saat ini seksi 1 sudah selesai 90,65 persen sedangkan sesi 2 selesai 41,61 persen dengan target operasi seksi 1 pada 2019 dan seksi 2 pada 2020.

Proyek tersebut diharapkan mendukung peningkatan lalu lintas pada rute Manado – Bitung, mendukung sektor wisata serta pertumbuhan ekonomi di Manado, Minahasa Utara dan Bitung. Jalan tol itu juga akan menjadi jalan akses utama ke KEK Bitung dan Pelabuhan Hub Internasional Bitung yang akan dibangun

"Ini tol Manado-Bitung, lapangannya masih kurang 13 kilometer yang pembebasan, tapi proses berjalan, ini memang tadi sudah saya perintahkan kerja sama ke dirut untuk diselesaikan," tambah Presiden.

Dengan adanya kendala 13 kilometer lahan tersebut, maka Presiden menargetkan proyek tersebut selesai Maret-April 2020.

Tidak ketinggalan, pemerintah pun sudah merencanakan pembuatan jembatan Bitung-Pulau Lembeh sepanjang 1 kilometer.

"Jembatan sudah sudah dianggarkan, kan saya sudah ngomong 2020 sudah dimulai kok masih tanyakan lagi anggarannya," ungkap Presiden.

Sedangkan di kota Bitung sendiri, Presiden juga mendorong percepatan perbaikan pelabuhan Bitung.

"Banyak yang ingin masuk ke sini, ini ujung yang dekat dengan Filipina, dekat dengan Asia bagian Timur, ini ada kekuatan yang bisa dipakai di sini baik untuk mengekspor maupun mengimpor barang-barang tertentu," kata Presiden Joko Widodo

Pelabuhan Bitung sendiri adalah pelabuhan internasional yang ditargetkan dapat mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung yang dinyatakan sebagai salah satu prioritas pemerintah.

Di samping itu, keberadaan pelabuhan Bitung juga akan mendukung kegiatan industri kawasan timur Indonesia meliputi Ambon dan Ternate (pertanian, industri dan pertambangan) serta Samarinda, Balikpapan, Tarakan dan Nunukan (batubara, minyak bumi dan kayu lapis).

Sementara fasilitas pendukung yang juga masih akan atau sedang dibangun adalah jalan tol, dermaga dan jembatan dari Bitung ke Pulau Lembeh. Jembatan sepanjang 1 kilometer tersebut berbiaya sekitar Rp500 miliar.

"Tahun depan jembatannya dimulai dari sini ke Lembeh, nanti pariwisatanya hidup, industrinya hidup di kawasan yang berbeda," ungkap Presiden.

Ongkos perbaikan pelabuhan Bitung diperkirakan mencapai Rp34,364 triliun dengan skema pendanaan kerja sama pemerintah dan badan usaha.

Per Mei 2019, Progres fisik tahap 1, per 20 Januari 2019 sudah mencapai 100 persen. Review Rencana Induk Pelabuhan (RIP) tengah dilakukan untuk mengakomodir pengembangan tahap selanjutnya.

Kunci perbaikan tersebut adalah koordinasi antar pemerintah pusat, daerah maupun swasta agar pertumbuhan perekonomian provinsi Sulut mencapai 6,4 persen per tahun dan masih dapat terus ditingkatkan.

"Sekarang pertumbuhan ekonomi 6,4 (persen) tapi setiap hari datang, pesawat, pesawat, terus tadi saya sampaikan kalau airportnya siap, runwaynya siap akan datang (turis) ke sini, tapi produknya juga harus mulai disiapkan dan dibenahi," tambah Presiden.

Perbaikan fasilitas pariwisata itu, tidak hanya akan dilakukan di Sulawesi Utara tapi juga di provinsi lainnya.

"Segmentasinya (pasar wisatanya) beda, Mandalika (Lombok) sudah berjalan silakan jalan, di sini juga apa yang kurang kita berikan dorongan. Minggu depan saya mungkin ke Labuan Bajo karena di sana juga sudah mulai banyak tapi masih banyak juga fasilitas yang harus diperbaiki," kata Presiden.

Kawasan wisata

Khusus untuk kawasan wisata, seperti Taman Nasional Bunaken, Presiden meminta agar pengembangnya dilakukan secara berhati-hati.

"Kita ingin melihat lapangan, ada sebuah potensi-potensi yang bagus, yang untuk dipakai pariwisata, tapi memang ini adalah area konservasi yang juga harus hati-hati, yang tadi saya sampaikan ke Pak Menko, Menteri PU ada beberapa fasilitas misalnya untuk melihat bawah laut tadi, kapalnya mungkin dari menteri perhubungan juga akan ditambah," ungkap Presiden.

Presiden Joko Widodo bersama dengan Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan para menteri Kabinet Kerja mengunjungi taman nasional Bunaken pada hari ini sekaligus mengecek sejumlah fasilitas di kawasan wisata tersebut.

Presiden juga sempat menikmati keindahan bawah air Bunaken melali jendela kaca di dasar lambung kapal saat berada di perairan Taman Nasional Bunaken.

"Kita ingin melihat lapangan, ada sebuah potensi-potensi yang bagus, yang untuk dipakai pariwisata, tapi memang ini adalah area konservasi yang juga harus hati-hati, yang tadi saya sampaikan ke Pak Menko, Menteri PU ada beberapa fasilitas misalnya untuk melihat bawah laut tadi, kapalnya mungkin dari menteri perhubungan juga akan ditambah," tambah Presiden.

Taman nasional ini didirikan pada tahun 1991 dan meliputi wilayah seluas 890.65 kilometer. Bunaken memiliki ekosistem terumbu karang sekitar 390 spesies ditambah sekitar 90 spesies ikan.

"Saya kira ini potensi yang baik, tapi memang harus dirawat, dijaga, jangan sampai sampah plastik masuk ke sini. Kita lihat sekarang, dulu banyak (sampah), sekarang sudah (bersih) karena rutin dari pemda selalu membersihkan sampah-sampah ini," ungkap Presiden.

Presiden juga sempat menikmati keindahan bawah air Bunaken melali jendela kaca di dasar lambung kapal saat berada di perairan Taman Nasional Bunaken.

Presiden juga sempat menikmati keindahan bawah air Bunaken melali jendela kaca di dasar lambung kapal saat berada di perairan Taman Nasional Bunaken bersama dengan Ibu Negara Iriana Joko Widodo.

Pun Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, Staf Khusus Presiden Johan Budi ikut menikmati keindahan taman wisata Bunaken.

Sudah saatnya lebih banyak orang yang menikmati keindahan Bunaken maupun mengecap nikmatinya manfaat Bunaken.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019