Kathmandu (ANTARA) - Komunitas Tibet di Nepal membatalkan rencana mereka untuk merayakan ulang tahun pemimpin spiritual Dalai Lama setelah permintaannya menyelenggarakan perayaan publik ditolak karena kekhawatiran keamanan, kata seorang pejabat pada Ahad.

Dalai Lama berusia 84 tahun pada Sabtu dan para pengikutnya di Nepal berharap dapat merayakan ulang tahunnya di Kathmandu, Ibu Kota Nepal, tetapi pemerintah komunis menolak permintaan itu.

China, yang menganggap Dalai Lama sebagai separatis berbahaya, telah meningkatkan pengaruhnya di negara Himalaya itu yang menjadi tempat penampungan bagi 20.000 warga Tibet.

Nepal merupakan penyangga alamiah antara China dan India dan dipandang oleh New Delhi sebagai sekutu alamiahnya, tetapi China juga menanam modalnya dengan membangun jalan-jalan dan prasarana lain di negara yang termasuk salah satu dari 10 negara termiskin di dunia.

Beijing mengerahkan bala tentara ke Tibet yang dikelilingi gunung dan terpencil pada 1950 dalam istilah yang disebutnya pembebasan damai dan telah memerintah di sana dengan tangan besi sejak itu.

Dalai Lama melarikan diri ke India pada awal 1959 setelah pergolakan gagal menentang pemerintahan China.

Krishna Bahadur Katuwal, asisten administratur distrik Kathmandu, mengatakan pemerintah menolak izIn bagi warga Tibet untuk merayakan ulang tahun Dalai Lama karena "para penyusup" dapat menimbulkan masalah.

"Bisa ada masalah ketertiban karena para penyusup dapat melakukan unjuk rasa atau bakar diri," kata Katuwal kepada Reuters.

Portal berita Tibet Phayu.com melaporkan rencana-rencana untuk merayakan ulang tahun itu kemudian dibatalkan.

Pihak imigrasi bandar udara di Kathmandu menolak memberi izin masuk bagi seorang warga Amerika Serikat keturunan Tibet dan mendeportasi orang itu bulan lalu, dan tersiar kabar penolakan tersebut sesuai permintaan China.

Pihak berwenang Nepal juga sebelumnya menahan sejumlah warga Tibet melintasi perbatasan dalam perjalanan mereka ke India setelah meninggalkan tanah leluhur mereka yang diperselisihkan.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan Nepal menghadapi tekanan intensif dari China untuk mengendalikan arus warga Tibet yang melintasi perbatasan.

Sumber: Reuters
 

Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019