Jakarta (ANTARA) - Kepala Departemen Ekonomi dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri, meyakini strategi diplomasi ekonomi internasional Indonesia harus lebih dipertajam agar kerja sama yang terjalin dapat menjadi lebih terarah.

Yose mengatakan saat dihubungi di Jakarta, Rabu, dia melihat dalam lima tahun terakhir, Presiden Joko Widodo giat mengangkat pentingnya perdagangan dan diplomasi ekonomi dengan negara asing.

Namun, belum ada strategi yang jelas dalam skema kerja sama internasional itu, sehingga belum ada hasil signifikan yang terlihat nyata.

“Memang kelihatannya tidak ada strategi yang jelas, siapa yang mau diajak, siapa yang bisa mendapatkan hasil yang baik gitu,” katanya.

Menurut dia, seharusnya Indonesia dapat merumuskan kebijakan ekonomi internasional dengan target-target yang lebih jelas, sehingga pilihan negara mana yang nantinya akan diajak kerja sama dapat mengikuti kebijakan tersebut.

“Sekarang sifatnya masih ad hoc, jadi itu yang mungkin perlu diperbaiki, bahwa strategi diplomasi ekonomi internasional harus lebih jelas, begitu juga kriteria-kriteria mengenai negara mitra ataupun apa yang kita inginkan,” paparnya.

Dia pun menyebut Jepang sebagai salah satu contoh, karena negara tersebut membuat perjanjian dagang yang bisa bermanfaat untuk rantai nilai produksi dari perusahaan-perusahaan dalam negeri.

“Jadi jelas, siapa yang mau diajak, apa yang mau diangkat, apa yang mau diminta dan apa yang ditawarkan,” tambahnya.

Baca juga: Menlu sampaikan perkembangan upaya diplomasi ekonomi Indonesia

Artinya, dengan perumusan strategi diplomasi ekonomi yang rinci, Indonesia akan dapat menjalankan kerjasama internasional yang lebih terarah dan sesuai dengan target-target yang telah ditentukan.

Dalam pernyataan pers tahunan Menlu 2019 lalu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan upaya diplomasi ekonomi yang dilakukan selama ini salah satunya diarahkan untuk memperkuat kerja sama ekonomi dengan pasar-pasar baru, seperti memperkuat ikatan ekonomi Indonesia dengan negara-negara Afrika.

Dia juga mengatakan kegiatan diplomasi ekonomi juga dilakukan untuk membantu ekspansi penjualan produk-produk strategis Indonesia serta mendorong berbagai investasi dan proyek infrastruktur Indonesia.

Terkait upaya peningkatan ekspor produk Indonesia ke pasar asing dan peningkatan masuknya investasi, Yose menilai pasar Indonesia harus terbuka akan kemungkinan meningkatnya volume impor yang masuk.

“Kalau mau tingkatkan ekspor, negara partner pasti mau tingkatkan ekspor, artinya impor juga naik,” katanya.

Begitu juga dengan investasi, karena menurut Yose, ketika investasi dari negara asing masuk ke Indonesia, misalnya untuk proyek infrastruktur, penanam modal itu mungkin akan mengimpor bahan baku dari negaranya sendiri, atau bahkan negara lain.

Baca juga: Akademisi: diplomasi maritim, ekonomi perlu dibahas dalam debat
Baca juga: Indonesia tindaklanjuti diplomasi ekonomi dengan Afrika


Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019