Palu (ANTARA) - Badan Menteorologi Klimatologi dan Geofisika stasiun Geofisika Kelas 1 A Palu, Sulawesi Tengah mencatat kurun waktu enam bulan terakhir pascabencana terdapat 665 kali guncangan gempa di provinsi itu.

"Hasil analisis kami terjadi guncangan berkali-kali baik itu dirasakan maupun tidak dirasakan akibat sesar aktif, " kata kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Palu Hendrik, di Palu, Rabu.

Sembilan bulan pascagempa, tsunami dan likuifaksi yang memorak-porandakan Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan sebagian wilayah Kabupaten Parigi Moutong getaran gempa masih sering dirasakan masyarakat.

Dia memaparkan, pada Januari 2019, Sulteng di guncang gempa sebanyak 92 kali baik dirasakan langsung mapun tidak dirasakan meskipun skalanya rendah karena terjadi gerakan lempeng bumi.

"Kita berada di permukaan tanah tidak merasakan getaran karena guncangannya kecil, tetapi sesungguhnya di bawah tanah setiap hari terjadi getaran, " ungkap Hendrik.

Selain itu, pada bulan Februari guncangan gempa terjadi sebanyak 102 kali, mamun frekuensinya rendah, sehingga tidak menimbulkan kepanikan masyarakat. Demikian bulan Maret, guncangan gempa menurun, terjadi sebanyak 100 kali getaran.

Justru di bulan ketiga atau April tahun 2019, guncangan gempa sebanyak 177 kali guncangan, meningkat 77 kali guncangan dibanding Maret.

Di bulan Mei, frekuensi gempa sama, guncangan gempa terjadi sebanyak 105 kali, turun 72 kali guncangan dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan bulan Juni, gempa terjadi sebanyak 89 kali guncangan, hal itu semakin menurun dibanding lima bulan sebelumnya dipicu adanya aktivitas sejumlah sesar di Sulteng.

"Wilayah Sulawesi Tengah dan sekitarnya dari hasil analisis BMKG Palu, bahwa 50 kali diantaranya adalah gempa signifikan dan sisanya adalah gempa lokal, " jelas Hendrik.

Dia mengatakan, ratusan kali gempa bumi di provinsi itu didominasi gempa skala kecil hingga sedang, atau di bawah empat Skala Richter.

"Gempa terbesar pascagempa Palu, Sigi dan Donggala, terjadi pada April di wilayah Kabupaten Banggai bermagnitudo 6,9 pada Skala Richter yang membuat warga setempat panik berhamburan keluar rumah, bahkan sebagian mengungsi kedataran tinggi, " tutur Hendrik.

Sejak 2018, BMKG Palu mencatan ada ribuan kali gempa terjadi di wilayah Sulteng, salah satunya yakni gempa berkekuatan 7,4 pada Skala Richter 28 September yang meluluh lantahkan sejumlah daerah di provinsi itu akibat aktivitas sesar palu koro.

Baca juga: BNPB: Intensitas gempa di Sulteng semakin menurun
Baca juga: Gempa susulan kembali guncang Sulteng
Baca juga: BMKG: 201 kali gempa susulan guncang Sulteng

Pewarta: Muhammad Hajiji/Moh Ridwan
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019