Kota Kuwait (ANTARA News) - Emir Kuwait, Syeikh Sabah al-Ahmad al-Sabah, hari Rabu (19/3) membubarkan parlemen yang didominasi oposisi dan menetapkan pemilihan umum baru pada 17 Mei, demikian dilaporkan Kantor Berita Kuwait (KUNA). Langkah itu dilakukan dua hari setelah menteri-menteri kabinet mengajukan pengunduran diri mereka dengan menuduh kurangnya kerja sama dari anggota-anggota parlemen. Dalam pidato yang disiarkan secara nasional, pemimpin negara Arab Teluk yang kaya minyak itu mengatakan, ia mengambil keputusan tersebut karena ada "tindakan yang tidak bertanggung jawab" dan untuk "mengamankan persatuan nasional". Parlemen Kuwait terakhir kali dibubarkan pada Mei 2006 dan pemilihan umum diadakan pada Juni tahun yang sama. Dalam pemilu pada Juni 2006, oposisi nasionalis dan Islamis menang besar dan mencapai mayoritas di majelis yang beranggotakan 50 orang. Syeikh Sabah hari Selasa mempersingkat kunjungan pribadinya ke luar negeri untuk mengatasi krisis terakhir di negara penghasil minyak terbesar keempat OPEC itu sebelum mengadakan perundingan dengan ketua parlemen Jassem al-Khorafi, putra mahkota dan perdana menteri. Emir Kuwait itu memiliki pilihan menerima pengunduran diri pemerintah dan mengangkat seorang perdana menteri baru atau mengeluarkan sebuah dekrit yang membubarkan parlemen dan menetapkan pemilihan umum baru. Pemerintah menyalahkan parlemen atas krisis itu, namun ketua parlemen bersikeras bahwa pemerintah juga bertanggung jawab atas kemelut itu. "Tidak adil menganggap parlemen bertanggung jawab atas semua masalah negatif karena menteri-menteri juga memiliki andil dalam krisis tersebut," kata Khorafi kepada wartawan di luar gedung parlemen sebelum dekrit emir itu diumumkan. Dalam dua tahun terakhir, Kuwait dilanda sejumlah krisis politik yang disebabkan oleh pergolakan kekuasaan, pengunduran diri empat pemerintah, pembubaran parlemen dan pemilihan umum 2006. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008