Washington (ANTARA News) - China Selatan kemungkinan adalah sumber dari sekian banyak flu burung H5N1 yang tersebar, ungkap para peneliti, pertengahan pekan ini. Analisa genetik virus itu menunjukkan bahwa galur-galur (strains) yang muncul di Vietnam, Thailand, dan Malaysia pada tahun 2002 dan 2003 sangat mirip galur dari pasar-pasar ayam di Provinsi Yunan, China. Dua virus yang ditemukan pada unggas di provinsi Hunan pada 2002 dan 2003 sangat berhubungan erat dengan virus dari Indonesia, lapor mereka di "Journal of Virology". "Hasil ini menyiratkan adanya mata rantai transmisi langsung untuk virus H5N1 antara Yunan dan Vietnam dan juga antara Hunan dan Indonesia selama tahun 2002 dan 2003," tulis laporan di jurnal tersebut yang dikutip Reuters. Para peneliti itu antara lain Guan Yi dari Universitas of Hong Kong dan Robert Webster dari Rumah sakit penelitian, St Jude Children, di Memphis, Tennessee. "Perdagangan unggas mungkin adalah penyebab bagi masuknya virus itu ke Vietnam, sedangkan rute transmisi dari Hunan ke Indonesia masih belum jelas," tulis mereka. Virus flu burung H5N1 pertama kali diketahui terdapat pada satu angsa di provinsi Guangdong pada tahun 1996. Wabah yang terjadi di Hong Kong tahun 1997 menewaskan enam orang. Virus itu muncul kembali pada tahun 2003 ketika dua anggota suatu keluarga asal Hong Kong, yang baru pulang dari kunjungan ke provinsi Fujian, menjadi sakit dan salah satunya meninggal. Sejak tahun 2003, flu burung H5N1 ditemukan di lebih dari 60 negara dan wilayah. Virus itu sudah membunuh 236 orang dari 373 yang tertular di 14 negara yaitu Myanmar, Turki, Djibouti, Azerbaijan, Mesir, Pakistan, Irak, Indonesia, Thailand, Vietnam, China, Nigeria, Laos dan Kamboja. Flu burung nyaris hanya menyerang unggas, namun terkadang dapat berpindah kepada manusia. Para ahli mengatakan bahwa yang berbahaya adalah jika virus itu berkembang ke bentuk yang mudah menjangkiti manusia serta menulari orang lain. Jika hal itu terjadi maka tingkat transmisi akan naik sehingga menimbulkan pandemik yang menyebabkan jutaan orang bisa meninggal. Tim Yi dan Webster ingin mengetahui apakah virus-virus H5N1 berasal dari satu jenis. "Karena kurangnya survailans influenza sebelum wabah-wabah ini, keanekaragaman genetik dan jalur transmisi virus H5N1 dari periode yang sekarang belum tergambarkan," tulis mereka. Pada 2007, tim dari University of California Irvine melaporkan bahwa Guangdong kelihatannya menjadi sumber gelombang galur H5N1 yang muncul kembali. Petinggi China ketika itu membantah laporan tersebut. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008