Saya agak takut Pak Jokowi ini salah diagnosis
Jakarta (ANTARA) - Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri mengaku khawatir dan takut Presiden Joko Widodo salah melakukan diagnosis untuk mengatasi masalah investasi yang selama ini dianggap kurang "nendang".

Dalam diskusi publik bertajuk "Menjawab Tantangan Pengelolaan Pelabuhan di Indonesia dalam Perspektif Ekonomi dan Hukum" di Jakarta, Selasa, Faisal menyebut investasi yang masuk ke Tanah Air tidaklah kecil, namun diakuinya memang tidak efektif.

"Saya agak takut Pak Jokowi ini salah diagnosis. Investasi (kita) tidak kecil. Tapi hasilnya kok kecil? Berarti kita membangunnya tidak efisien," katanya.

Faisal menuturkan, tidak efisiennya investasi di Indonesia bisa dilihat dari bagaimana industri di dalam negeri masih memerlukan lebih banyak modal, termasuk berupa impor barang, padahal dana yang dimiliki terbatas.

Ekonom senior Indef itu juga mengaku khawatir masalah yang bahkan membuat Presiden Jokowi sampai hendak membentuk kementerian investasi merupakan tanda salah diagnosis tersebut.

"Pak Jokowi sebut belum ada kebijakan investasi yang 'nendang', sampai-sampai Pak Jokowi pernah bilang akan bikin kementerian investasi. Tapi percayalah investasi di kita tidak kecil," imbuhnya.

Menurut Faisal, investasi di Indonesia berkontribusi sekitar 32,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Prestasi itu, meski masih di bawah China yang investasinya mencapai 40an persen dari PDB, tetapi masih lebih tinggi dibanding negara ASEAN.

Pertumbuhan investasi asing di Indonesia juga masuk di posisi 16 di seluruh sunua. Belum lagi rating investasi Indonesia yang belakangan ini rutin masuk kategori layak investasi.

"Kita ini masuk Top 20, dan posisi kita ini meningkat dari 2017 lalu di posisi 18. Jadi investasi kita tidak rendah," katanya.

Baca juga: INDEF: Inefisiensi birokrasi dan konektivitas tantangan bagi investasi
Baca juga: Menkeu berharap penurunan bunga acuan segera pulihkan investasi


 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019