Ada pertempuran di pasar saat ini antara mereka yang berpikir kita akan melihat kondisi ekonomi yang melambat yang akan menekan permintaan ...
New York (ANTARA) - Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), mengakhiri minggu ini dengan lebih tinggi setelah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan, mencerahkan prospek permintaan minyak mentah dan kekhawatiran atas keselamatan transportasi minyak di sekitar Selat Hormuz mengancam pasokan.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik 0,07 dolar AS menjadi ditutup pada 63,46 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Patokan global minyak mentah Brent mencatat kenaikan mingguan sekitar 1,7 persen.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik 0,18 dolar AS menjadi menetap pada 56,20 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Selama seminggu ini, minyak mentah WTI naik sekitar 1,2 persen.

Pertumbuhan ekonomi AS melambat kurang dari yang diperkirakan pada kuartal kedua dengan booming dalam belanja konsumen, memperkuat prospek konsumsi minyak.

"Data itu positif bersih," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management. "PDB mengalahkan ekspektasi ... pengeluaran konsumen berada di luar grafik, tetapi pengeluaran bisnis hampir sama buruknya dengan pengeluaran konsumen yang baik."

Perlambatan ekonomi yang lebih luas, khususnya di Asia dan Eropa, dapat melemahkan permintaan minyak mentah di luar Amerika Serikat dan menjaga harga tetap terkendali.

"Ada pertempuran di pasar saat ini antara mereka yang berpikir kita akan melihat kondisi ekonomi yang melambat yang akan menekan permintaan ... dan yang lainnya (terfokus pada) apa yang terjadi di Teluk Persia serta penurunan produksi dari produsen,” kata Wakil Presiden Riset Pasar di Tradition Energy, Gene McGillian, di Stamford, Connecticut.

Minggu depan, perunding top AS dan China bertemu untuk pertama kalinya sejak perundingan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia itu macet pada Mei setelah mendekati kesepakatan. Setiap hasil positif dari pembicaraan tersebut diharapkan akan mendorong harga minyak.

Jajak pendapat Reuters yang diambil 1-24 Juli menunjukkan prospek pertumbuhan hampir 90 persen dari lebih dari 45 negara yang disurvei diturunkan peringkatnya atau dibiarkan tidak berubah. Itu diterapkan tidak hanya untuk tahun ini tetapi juga tahun 2020.

Sebuah reli dalam ekuitas dan penurunan produksi dari perusahaan minyak negara Meksiko Pemex juga membantu mendorong harga minyak naik, kata Josh Graves, ahli strategi komoditas senior di RJO Futures di Chicago.

"Pemex, perusahaan minyak terbesar di Meksiko, memangkas beberapa pasokan bisa membuat pasar sedikit tersentak di sini," kata Graves.

Perusahaan-perusahaan energi minggu ini juga mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi di Amerika Serikat, sebuah indikasi pasokan di masa depan, untuk minggu keempat berturut-turut, membuat jumlah rig turun selama delapan bulan berturut-turut, perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan dalam sebuah laporan.

Ketegangan tetap tinggi di sekitar Selat Hormuz, lorong minyak paling penting di dunia antara Teluk dan Teluk Oman, karena Iran menolak untuk melepaskan sebuah kapal berbendera Inggris yang disita pekan lalu tetapi memberikan akses konsuler India ke 18 awak India.

Denmark menyambut proposal pemerintah Inggris untuk misi angkatan laut yang dipimpin Eropa untuk memastikan pengiriman yang aman melalui selat.

Amerika Serikat secara terpisah bekerja pada inisiatif keamanan maritim multinasional di Teluk. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Wall Street berakhir menguat, saham Starbucks melonjak 8,94 persen

Baca juga: Dolar menguat ditopang pertumbuhan ekonomi AS yang lebih baik

Baca juga: Harga emas naik, didorong ekspektasi penurunan suku bunga Fed



 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019