Pekanbaru (ANTARA) - Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau mengerahkan empat helikopter untuk membantu pemadaman kebakaran lahan gambut di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, yang sudah seminggu terakhir terus membara.

“Hari ini kita kerahkan empat heli water bombing ke Langgam, ada tiga lokasi kebakaran di sana,” kata Wakil Komandan Satgas Karhutla Riau, Edwar Sanger di Pekanbaru, Senin.

Jumlah helikopter yang dikerahkan ke Langgam bertambah dari sebelumnya tiga unit pada Minggu (28/7). Karhutla di Pelalawan kini adalah lokasi yang paling parah karena kondisi cuaca sangat kering. Satgas juga terus berupaya melakukan pemadaman dari darat yang melibatkan unsur TNI, Polri, BPBD Pelalawan, Manggala Agni dan turut dibantu oleh perusahaan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

“Di sana sama sekali tidak ada hujan, angin juga sangat kencang dan air mulai kering,” katanya.

Sementara itu, BMKG Stasiun Pekanbaru menyatakan ada 106 titik panas (hotspot) yang terpantau satelit Terra Aqua pada Senin sore pukul 16.00 WIB di wilayah Sumatera. Sebaran hotspot paling banyak di Riau yang mencapai 39 titik.

Daerah paling banyak di Kabupaten Pelalawan yakni 19 titik, kemudian Inhil 11 titik, Rohil 4 titik, Bengkalis 2 titik, dan masing-masing satu titik di Kampar dan Inhu. Dari jumlah tersebut ada 20 yang dikategorikan titik api (firespot).

Titik api paling banyak juga di Pelalawan sebanyak sembilan lokasi. Kemudian masing-masing ada empat titik di Rohil dan Inhil, Bengkalis ada dua titik dan Kampar satu titik.

Di Pelalawan, lima titik api dengan keakuratan 80 hingga 90 berada di Kecamatan Langgam. Lokasinya paling besar di Desa Penarikan. Kemudian ada juga titik api di Kecamatan Pangkalan Kuras dan Bunut.

Gubernur Riau agar serius

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas kebakaran di Riau sejak Januari hingga Juli mencapai 27.683,47 hektare (ha). Jumlah tersebut setengah dari total luas Karhutlla di Indonesia yang mencapai 42.740,42 ha. Riau sudah dalam status siaga darurat kerhutla sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.

Aktivis lingkungan dari Scale Up, Rawa El Amady, meminta Gubernur Riau Syamsuar untuk serius menangani kondisi karhutla yang terus meluas. Apalagi, bulan Juli hingga Oktober diprakiran adalah puncak musim kemarau.

Gubernur Riau juga diminta tegas kepada perusahaan pemegang konsesi hutan tanaman industri (HTI) dan perkebunan sawit yang lahan ada muncul titik api.

"Syamsuar jangan hanya memberikan tindakan tegas kepada ASN yang ngopi saat jam kerja, atau tegas penarikan mobil dinas pejabatnya saja. Gubernur harus tegas juga lahan perusahaan yang muncul titik api izinya ditinjau ulang," katanya.

Menurut dia, Gubernur Riau harus membukatikan komitmennya kepada publik terkait penanganan Karhutla. Apalagi gubernur kini menjadi Komandan Satgas Karhutla Riau.

Ia menilai kebakaran lahan yang terjadi saat ini terkesan ditutup-tutupi pihak tertentu di Pemprov Riau. Indikasinya adalah data luasan kebakaran sesama intansi pemerintah berbeda jauh. Data luas kebakaran yang dirilis Pemprov Riau hanya sekitar 3.000 hektare, padahal KLHK yang menghitung dengan data satelit menyatakan luas karhutla sudah lebih dari 27.000 ha.

"Kita melihat semacam ada yang saling menutup kasus Karhutla ini," katanya.

Baca juga: Satgas Karhutla terlusuri dugaan kelalaian lima perusahaan

Baca juga: Satgas tingkatkan patroli cegah titik api di Taman Nasional Tesso Nilo


Pewarta: FB Anggoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019