Washington (ANTARA) - Perusahaan maya AS Coudfare yang kenamaan pada Senin menyatakan perusahaan itu akan menghentikan landasan pesan daring 8chan sebagai konsumennya 
lantaran seorang penembak menggunakan forum pesan itu tepat sebelum membunuh 20 orang di satu toko Walmart di El Paso, Texas, pada Sabtu (4/8).

Penembak tersebut diduga telah mengunggah pernyataan satu halaman di 8chan, dan menyebut serangan di Walmart "reaksi atas penyerbuan Hispanik ke Texas".

Tersangka secara resmi diidentifikasi sebagai pria kulit putih yang berusia 21 dari Allen, Texas, pinggiran Dallas, sekitar 650 mil (1.046 kilometer) di sebelah timur El Paso --yang terletak di Rio Grande, di seberang perbatasan AS-Mexico dari Cuidad Juarez, kata Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang. Dengan mengutip keterangan para penegak hukum, beberapa laporan media menyebut nama tersangka sebagai Patrick Crusius.

Postingan tersangka di 8chan menyampaikan dukungan buat pria bersenjata yang menewaskan 51 orang di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada Maret.

"Kami cuma mengirim pemberitahuan bahwa menghentikan 8chan sebagai konsumen efektif pada tengah malam Waktu Pasifik," kata Kepala Pejabat Pelaksana Cloudfare Matthew Prince di satu postingan di blog http://bit.ly/2GMBGO.

"Berdasarkan bukti yang telah kami lihat, kelihatannya dia (pria bersenjata) memposting surat panjang-lebar ke situs tersebut tak lama sebelum memulai serangan mengerikannya di Walmart El Paso sehingga menewaskan 20 orang," kata Prince.

Blog CEO itu menambahkan bahwa meskipun 8chan tidak melanggar hukum dengan tidak melembutkan isi "penuh kebencian" yang diunggah oleh penggunanya, itu telah "menciptakan lingkungan yang setara dengan pelanggaran semangatnya".

Sumber: Reuters
Baca juga: Pelaku penembakan Texas sebut aksinya reaksi terhadap invasi Hispanik
Baca juga: Trump sebut penembakan massal El Paso: Tindakan pengecut
​​​​​​​
Baca juga: 20 tewas dalam penembakan di Walmart Texas

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019