Jakarta (ANTARA) - Katib Aam Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bukan hanya bangsa Indonesia, tetapi seluruh umat manusia kehilangan atas wafatnya KH Maimun Zubair yang akrab disapa Mbah Moen.

"Ini bukan soal kehadiran kepemimpinan lahiriah atau sekadar kepemimpinan keilmuan," kata sosok yang akrab disapa Gus Yahya itu, melalui keterangan tertulis yang diterima Antara, di Jakarta, Selasa.

Baca juga: PGI sampaikan duka cita atas meninggalnya KH Maimun Zubair
Baca juga: Menag sebut KH Maimun "Mbah Moen" Zubair sosok guru dan penuntun
Baca juga: Cerita Mahfud MD sempat dibisiki KH Maimun "Mbah Moen" Zubair


Dunia, kata dia, kehilangan pengayoman rohani dari Mbah Moen yang tak henti-hentinya ber-"riyadloh" mendoakan keselamatan dan kemaslahatan seluruh umat manusia.

Gus Yahya yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu mengenang ketika mengajak beberapa orang temannya dari Amerika untuk bertemu dengan Mbah Moen, awal 2018.

"Di antara mereka adalah seorang dokter dan aktifis kemanusiaan dari California. Dia punya pengaruh politik internasional yang sangat luas, tetapi tidak mau namanya disebarluaskan," katanya.

Dari pertemuan itu, Mbah Moen menyampaikan beberapa pesan, di antaranya bahwa seluruh umat manusia adalah saudara, sebagai sama-sama keturunan Nabi Nuh As.

"Maka, yang terpenting adalah bagaimana agar bangsa Indonesia ini bisa memberi teladan kepada dunia tentang kehidupan ber-Bhinneka Tunggal Ika," kata Gus Yahya, mengutip pesan Mbah Moen.

Ketika meninggalkan kediaman Mbah Moen, kata dia, tak disangka kawannya dari California itu berujar.

"Sekarang keyakinan saya mutlak! Bahwa di Indonesia ini ada jawaban bagi kemelut peradaban dunia dewasa ini," kata kawan Gus Yahya, ketika itu.

Oleh karena itu, Gus Yahya mengungkapkan kepergian Mbah Moen bukan hanya kehilangan bagi Nahdlatul Ulama (NU), bukan hanya bangsa Indonesia, tetapi kehilangan bagi seluruh umat manusia.

Baca juga: Mbah Moen dimakamkan di Mekkah
Baca juga: PBNU : KH Maimun Zubair seperti kitab hidup yang berjalan

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2019