Kami juga berharap Litbang Unggulan mampu meningkatkan nilai tambah bagi komoditas domestik
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melahirkan enam hasil penelitian dan pengembangan (litbang) terbaik tahun ini yang akan diberi penghargaan dalam program Litbang Unggulan 2019.

Hasil litbang tersebut diharapkan memiliki kontribusi dalam menjawab permasalahan industri.

"Kami juga berharap Litbang Unggulan mampu meningkatkan nilai tambah bagi komoditas domestik, dan mengurangi ketergantungan pada produk impor," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kemenperin Ngakan Timur Antara di Jakarta, Rabu.

Tahun ini terpilih enam hasil litbang terbaik yang sesuai dengan tujuan tersebut, yaitu Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Medan dengan judul Rekayasa dan Rancang Bangun Heavy Duty Coupling Produk Industri Kecil Menengah untuk Pabrik Kelapa Sawit.

"Penemuan ini guna meningkatkan efisiensi produksi dan menekan nilai impor pada komponen mesin yang digunakan oleh PKS di Indonesia," ujar Ngakan.

Menurut Ngakan, industri kelapa sawit nasional masih mengandalkan produk impor dalam pengadaan beberapa komponen alat prosesnya, salah satunya yaitu Heavy Duty Coupling.

Selanjutnya, Balai Besar Kerajinan dan Batik dengan mendapatkan dua hasil litbang terbaik, yaitu Perancangan Aplikasi Pembeda Produk Batik dan Tiruan Batik menggunakan Tensor Flow, Batik Analyzer.

Penemuan tersebut yakni sebuah aplikasi yang mengadopsi teknologi Artificial Intelligence (AI), berupa machine learning di mana sistem dapat dilatih untuk membedakan produk batik dan produk tiruan batik.

Judul lainnya Limbah Kulit Buah Kakao Untuk Pewarna Batik,  yakni limbah kulit buah kakao yang selama ini belum banyak dimanfaatkan dapat menjadi produk yang lebih bernilai untuk keperluan bahan pewarna alami batik.

Kemudian, Balai Besar Kimia Kemasan dengan judul Antioksidan dan Wound Healing dari Ekstraksi Spirulina sp sebagai Bahan Sediaan Kosmetik, di mana berdasarkan analisa dari percobaan ekstaksi yang dilakukan, menunjukkan antioksidan tersebut berpotensi digunakan sebagai bahan untuk mempercepat penyembuhan luka (wound healing) dengan meningkatkan pertumbuhan sel sehingga regenerasi sel pada kulit yang mengalami kerusakan akan tumbuh lebih cepat.

Sementara itu, Balai Besar Pulp dan Kertas dengan judul Furfural dari Proses Pembuatan Pulp, cairan prehydrolized liquor (PHL) yang dihasilkan di industri dissolving pulp masih banyak mengandung hemiselulosa dan belum banyak dimanfaatkan.

"Penelitian ini memanfaatkan cairan PHL untuk mendapatkan furfural yang dapat menjadi bahan baku industri farmasi yang selama ini hanya didapatkan dari impor," ungkap Ngakan.

Terakhir, Balai Besar Tekstil dengan judul Xanthan Gum dari Xanthomonas Campestris Sebagai Pengental Untuk Aplikasi Proses Pencapan Tekstil,  di mana selama ini pengental yang umum digunakan pada proses pencapan tekstil adalah sodium alginate.

"Bahan tersebut digantikan dengan Xanthan Gum dengan media ampas tahu yang memiliki hasil kualitas printing warna yang lebih baik," papar Ngakan.

Ngakan berharap, melalui penghargaan ini, diharapkan dapat memotivasi para inventor lain untuk terus berkarya dan menumbuhkan semangat nasionalisme.

 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019