Bandung (ANTARA Jogja) - Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung menggelar pelatihan tiga hari bagi kaum berkebutuhan khusus untuk berkarya di bidang pariwisata.
Kepala Unit Pusat Pengembangan Profesi STP Bandung Zulkifli Harahap di Bandung, Senin, mengatakan pada pelatihan bertempat di Kampus STP Bandung itu para peserta yang berjumlah 30 orang mendapat materi tentang pengelolaan hotel secara umum.
Selain itu, para peserta akan dibagi atas beberapa kelompok sesuai dengan kemampuan dan pilihan mereka masing-masing untuk mempelajari tata graha, pengolahan produk makanan dan minuman, pelayanan makanan dan minuman, serta operator telepon.
"Mereka yang memilih sendiri bidang apa yang ingin mereka tekuni berdasarkan kemampuan yang mereka miliki, bukan kami yang menentukan," ujar Zulkifli.
30 peserta tersebut terdiri atas penyandang cacat fisik, tuna wicara dan tuna rungu, serta tuna netra yang sebagian tersaring dari Grand Recruitment yang diselenggarakan STP Bandung pada awal Juni dan sebagian lagi dijaring dari sosialisasi melalui program Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) di setiap kecamatan Kota Bandung.
Dari 30 peserta berkebutuhan khusus itu, sebanyak sepuluh orang akan mendapatkan pembekalan sebagai operator telepon, tujuh peserta di bidang tata graha, tujuh peserta di bidang pelayanan makanan dan minuman, serta enam peserta di bidang pengolahan makanan.
Setelah pelatihan, Zulkifili mengatakan, para peserta akan diberi kesempatan magang di beberapa hotel di Kota Bandung melalui kerjasama dengan Asosiasi Manajer dan Sumber Daya Manusia Perhotelan (HHRMA).
"Sejauh ini kami belum bisa mengatakan apakah mereka akan menerima gaji selama magang, tetapi HHRMA sudah berkomitmen untuk memberikan fasilitas makan minum kepada mereka," katanya.
HHRMA, lanjut dia, juga diharapkan bisa menyediakan lowongan pekerjaan kepada para peserta yang telah menyelesaikan magang sebagai perwujudan dari ketaatan industri pariwisata terhadap UU Tenaga Kerja yang mewajibkan setiap perusahaan menyediakan satu persen tenaga kerja untuk kaum berkebutuhan khusus.
"Perusahaan tidak boleh menginginkan sesuatu yang bersifat terlalu ideal karena pelatihan tiga hari ini hanyalah pengenalan yang sifatnya sangat dasar dan dimatangkan melalui proses magang. Tentu hasilnya tidak mungkin bisa menyamai pekerja profesional yang harus menempuh pendidikan diploma tiga," tutur Zulkifli.
Apalagi, lanjut dia, latar pendidikan peserta tidak seragam dan ada yang hanya lulusan sekolah menengah pertama.
Zulkifli juga berharap komitmen dari Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung untuk membuktikan kepedulian terhadap kaum berkebutuhan khusus dengan memfasilitasi mereka untuk mendapatkan pekerjaan.
"Peran STP sebagai lembaga pendidikan hanya sampai membekali kaum berkebutuhan khusus dengan pengetahuan dan keterampilan, setelah itu diperlukan peran lembaga lain untuk memperjuangkan kesetaraan dalam mendapatkan pekerjaan," katanya.
Zulkifli mengatakan STP sengaja membatasi peserta hanya 30 orang pada pelatihan perdana 16-18 Juni 2012. Namun, pelatihan tersebut akan dilaksanakan secara berkala dengan kuota yang lebih besar pada penyelenggaraan berikutnya.
Pada pembukaan pelatihan tersebut, Senin, hadir perwakilan dari HHRMA, PHRI Kota Bandung, serta Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.
(D013)
Kepala Unit Pusat Pengembangan Profesi STP Bandung Zulkifli Harahap di Bandung, Senin, mengatakan pada pelatihan bertempat di Kampus STP Bandung itu para peserta yang berjumlah 30 orang mendapat materi tentang pengelolaan hotel secara umum.
Selain itu, para peserta akan dibagi atas beberapa kelompok sesuai dengan kemampuan dan pilihan mereka masing-masing untuk mempelajari tata graha, pengolahan produk makanan dan minuman, pelayanan makanan dan minuman, serta operator telepon.
"Mereka yang memilih sendiri bidang apa yang ingin mereka tekuni berdasarkan kemampuan yang mereka miliki, bukan kami yang menentukan," ujar Zulkifli.
30 peserta tersebut terdiri atas penyandang cacat fisik, tuna wicara dan tuna rungu, serta tuna netra yang sebagian tersaring dari Grand Recruitment yang diselenggarakan STP Bandung pada awal Juni dan sebagian lagi dijaring dari sosialisasi melalui program Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) di setiap kecamatan Kota Bandung.
Dari 30 peserta berkebutuhan khusus itu, sebanyak sepuluh orang akan mendapatkan pembekalan sebagai operator telepon, tujuh peserta di bidang tata graha, tujuh peserta di bidang pelayanan makanan dan minuman, serta enam peserta di bidang pengolahan makanan.
Setelah pelatihan, Zulkifili mengatakan, para peserta akan diberi kesempatan magang di beberapa hotel di Kota Bandung melalui kerjasama dengan Asosiasi Manajer dan Sumber Daya Manusia Perhotelan (HHRMA).
"Sejauh ini kami belum bisa mengatakan apakah mereka akan menerima gaji selama magang, tetapi HHRMA sudah berkomitmen untuk memberikan fasilitas makan minum kepada mereka," katanya.
HHRMA, lanjut dia, juga diharapkan bisa menyediakan lowongan pekerjaan kepada para peserta yang telah menyelesaikan magang sebagai perwujudan dari ketaatan industri pariwisata terhadap UU Tenaga Kerja yang mewajibkan setiap perusahaan menyediakan satu persen tenaga kerja untuk kaum berkebutuhan khusus.
"Perusahaan tidak boleh menginginkan sesuatu yang bersifat terlalu ideal karena pelatihan tiga hari ini hanyalah pengenalan yang sifatnya sangat dasar dan dimatangkan melalui proses magang. Tentu hasilnya tidak mungkin bisa menyamai pekerja profesional yang harus menempuh pendidikan diploma tiga," tutur Zulkifli.
Apalagi, lanjut dia, latar pendidikan peserta tidak seragam dan ada yang hanya lulusan sekolah menengah pertama.
Zulkifli juga berharap komitmen dari Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung untuk membuktikan kepedulian terhadap kaum berkebutuhan khusus dengan memfasilitasi mereka untuk mendapatkan pekerjaan.
"Peran STP sebagai lembaga pendidikan hanya sampai membekali kaum berkebutuhan khusus dengan pengetahuan dan keterampilan, setelah itu diperlukan peran lembaga lain untuk memperjuangkan kesetaraan dalam mendapatkan pekerjaan," katanya.
Zulkifli mengatakan STP sengaja membatasi peserta hanya 30 orang pada pelatihan perdana 16-18 Juni 2012. Namun, pelatihan tersebut akan dilaksanakan secara berkala dengan kuota yang lebih besar pada penyelenggaraan berikutnya.
Pada pembukaan pelatihan tersebut, Senin, hadir perwakilan dari HHRMA, PHRI Kota Bandung, serta Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.
(D013)