Yogyakarta (Antara Jogja) - Jumlah perajin perak di Sentra Produksi Kerajinan Perak Kotagede, Yogyakarta, makin berkurang sehingga dikhawatirkan sentra tersebut akan berpindah lokasi karena kekurangan perajin.
"Perajin perak sudah berusia tua bahkan banyak yang sudah meninggal dunia, padahal generasi muda di sentra Kotagede tidak lagi berminat menjadi perajin perak karena penghasilannya tidak memadahi," kata Ketua Pengawas Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta Priyo Salim di Kotagede, Senin.
Ia mengatakan, data perajin perak yang ada di Pemerintah Kota Yogyakarta sudah tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Misalnya, seorang perajin yang sudah meninggal dunia masih dicantumkan dalam data tersebut.
"Jadi jika tidak ada pembinaan dari pemerintah dikhawatirkan Kotagede tidaklagi memiliki perajin perak," kata Priyo Salim yang juga pemilik perusahaan "Salim Silver" di Kotagede.
Menurut dia, dengan kondisi seperti itu memang dikhawatirkan di masa depan sentra kerajinan perak Kotagede bisa berpindah di kota lain karena kerajinan tersebut mulai diproduksi di luar Kotagede.
"Misalnya,saat ini sudah terjadi produk kerajinan perak piligri berpindah ke Wonosari, Gunung Kidul, dan kerajinan tatah perak pindah ke Boyolali, Jawa Tengah.
Keadaan itu dimungkinkan karena perajin perak yang dulu bekerja di Kotagede, pulang ke daerah masing-masing dan memproduksi sendiri kerajinan perak di tempat asalnya,"katanya.
Bahkan, kata dia,ada sebagian pengusaha perak di Kotagede, yang memesan kerajinan perak dari para perajin perak di Boyolali. Keadaan itu sebagai indikasi kehidupan sentra produksi kerajinan perak Kotagede berada dalam situasi mengkhawatirkan.
"Hal itu sebenarnya dapat dicegah sepanjang ada kebersamaan antara pemerintah setempat, perajin dan pengusaha kerajinan perak Kotagede. Bantuan dari pemerintah setempat memang ada namun perlu ditingkatkan," katanya
(H008)
"Perajin perak sudah berusia tua bahkan banyak yang sudah meninggal dunia, padahal generasi muda di sentra Kotagede tidak lagi berminat menjadi perajin perak karena penghasilannya tidak memadahi," kata Ketua Pengawas Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta Priyo Salim di Kotagede, Senin.
Ia mengatakan, data perajin perak yang ada di Pemerintah Kota Yogyakarta sudah tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Misalnya, seorang perajin yang sudah meninggal dunia masih dicantumkan dalam data tersebut.
"Jadi jika tidak ada pembinaan dari pemerintah dikhawatirkan Kotagede tidaklagi memiliki perajin perak," kata Priyo Salim yang juga pemilik perusahaan "Salim Silver" di Kotagede.
Menurut dia, dengan kondisi seperti itu memang dikhawatirkan di masa depan sentra kerajinan perak Kotagede bisa berpindah di kota lain karena kerajinan tersebut mulai diproduksi di luar Kotagede.
"Misalnya,saat ini sudah terjadi produk kerajinan perak piligri berpindah ke Wonosari, Gunung Kidul, dan kerajinan tatah perak pindah ke Boyolali, Jawa Tengah.
Keadaan itu dimungkinkan karena perajin perak yang dulu bekerja di Kotagede, pulang ke daerah masing-masing dan memproduksi sendiri kerajinan perak di tempat asalnya,"katanya.
Bahkan, kata dia,ada sebagian pengusaha perak di Kotagede, yang memesan kerajinan perak dari para perajin perak di Boyolali. Keadaan itu sebagai indikasi kehidupan sentra produksi kerajinan perak Kotagede berada dalam situasi mengkhawatirkan.
"Hal itu sebenarnya dapat dicegah sepanjang ada kebersamaan antara pemerintah setempat, perajin dan pengusaha kerajinan perak Kotagede. Bantuan dari pemerintah setempat memang ada namun perlu ditingkatkan," katanya
(H008)