Denpasar (Antara Jogja) - Dinas Pariwisata Provinsi Bali menyatakan bahwa isu seputar eksekusi mati terpidana narkotika yang tergabung dalam kelompok "Bali Nine" berkewarganegaraan Australia dinilai tidak memengaruhi pariwisata di Pulau Dewata.
"Selama ini tidak ada (pengaruh). Bali dianggap sebagai rumah kedua. Mudah-mudahan dengan adanya "Bali Nine" ini tidak terjadi hal semacam itu," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Anak Agung Yuniarta di Denpasar, Kamis.
Seperti diketahui menjelang eksekusi mati dua anggota komplotan narkotika dari negeri kanguru yang disebut media internasional sebagai "Bali Nine" yakni Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, hubungan kedua negara kembali sedikit memanas.
Pemerintah Australia sendiri menyatakan ketegasannya menolak eksekusi mati tersebut, sedangkan Pemerintah Indonesia menolak grasi yang diajukan oleh kedua terpidana dan akan melanjutkan eksekusi yang hingga saat ini belum diketahui jadwal dan lokasi eksekusi.
Terkait dengan hal tersebut, Yuniarta berharap ketegangan dua negara itu tidak berdampak terhadap pariwisata di Pulau Dewata mengingat kunjungan wisatawan dari Australia selalu berada pada posisi puncak.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, selama tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Pulau Dewata selama periode Januari-November mencapai 3.419.268 orang.
Dari jumlah itu, 895.069 orang berasal dari Australia atau berkontribusi sebesar 26,18 persen dari total jumlah keseluruhan. "Mudah-mudahan tidak ada pengaruh," katanya.(KR-WGN)
"Selama ini tidak ada (pengaruh). Bali dianggap sebagai rumah kedua. Mudah-mudahan dengan adanya "Bali Nine" ini tidak terjadi hal semacam itu," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Anak Agung Yuniarta di Denpasar, Kamis.
Seperti diketahui menjelang eksekusi mati dua anggota komplotan narkotika dari negeri kanguru yang disebut media internasional sebagai "Bali Nine" yakni Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, hubungan kedua negara kembali sedikit memanas.
Pemerintah Australia sendiri menyatakan ketegasannya menolak eksekusi mati tersebut, sedangkan Pemerintah Indonesia menolak grasi yang diajukan oleh kedua terpidana dan akan melanjutkan eksekusi yang hingga saat ini belum diketahui jadwal dan lokasi eksekusi.
Terkait dengan hal tersebut, Yuniarta berharap ketegangan dua negara itu tidak berdampak terhadap pariwisata di Pulau Dewata mengingat kunjungan wisatawan dari Australia selalu berada pada posisi puncak.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, selama tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Pulau Dewata selama periode Januari-November mencapai 3.419.268 orang.
Dari jumlah itu, 895.069 orang berasal dari Australia atau berkontribusi sebesar 26,18 persen dari total jumlah keseluruhan. "Mudah-mudahan tidak ada pengaruh," katanya.(KR-WGN)