Bantul (Antaranews Jogja) - Dewan Kerajinan Nasional Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong para para perajin batik di seluruh kabupaten/kota provinsi ini menggunakan pewarna alami dalam memproduksi kerajinan khas itu.
    
"Dengan pewarna alami itu karena kita harus kembali mengacu kepada persyaratan Dewan Kerajinan Dunia, karena di situ ada salah satu 'ecological', kita memberikan satu ekonomi tapi menjaga lingkungan," kata Kepala Bidang Kerajinan Dekranasda DIY Polin Napitupulu di Bantul, Selasa.
    
Menurut dia, dengan penggunaan pewarna alami batik itu juga akan dapat terus mempertahankan predikat Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia yang ditetapkan Dewan Kerajinan Dunia atau World Craft Council/WCC pada Oktober 2014.
    
"Sehingga pewarna alami ini yang kita tekankan, karena itu memang menjadi satu kekuatan DIY bahwa batik kita adalah batik asli dan tulis dengan warna alami, jadi sudah batiknya tulis atau batik asli, warnanya bukan kimia," katanya.
    
Dengan begitu kata dia, ada sebuah upaya dalam melestarikan lingkungan, dan itulah yang menjadi keunggulan DIY."Dan itu menjadi satu dari tujuh syarat kita diangkat menjadi Kota Batik Dunia, intinya di lingkungan," katanya.
    
Terkait dengan bahan untuk pewarna alami batik, kata dia, di wilayah DIY tersedia melimpah, misalnya yang diambil dari pohon indigofera, jolawe, mahoni dan duwet dan berbagai jenis pohon yang banyak dijumpai.
    
"Hanya sekarang ini kita bagaimana mengemas bukan hanya untuk melestarikan warna alami, tapi juga mmebudidayakan pohonnya itu sendiri, dan kalau sumber pohon sendiri itu mudah," katanya.
    
Oleh sebab itu, kata dia, juga diperlukan peranan dari pemerintah daerah (pemda), asosiasi dan Dekranasda untuk menggaungkan terhadap penanaman pohon-pohon tersebut demi keberlangsungan bahan baku dan lingkungan.
    
"Dengan begitu, nantinya kita ini tidak impor dari Tasikmalaya (Jawa Barat) atau Jawa Timur, kalau pembuatan pewarna alami itu ada berbagai macam baik secara pasta, kemudian proses pencelupannya," katanya.

Pewarta : Hery Sidik
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024