Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santosa Sungkari mengatakan Yogyakarta adalah tempat yang ideal untuk mendirikan "startup".
"Hal itu terlihat dari banyaknya talenta di bidang kreatif digital," katanya di sela-sela "Bekraf Developer Day" (BDD) 2018 di Yogyakarta, Sabtu.
Selain itu, menurut dia, di Yogyakarta juga tersedia ekosistem pendukung yang memadai bagi tumbuhnya "startup" digital seperti pusat kreatif, "coworking space", serta inkubator dan akselerator.
"Bekraf terus berupaya mempertemukan para pengembang 'startup' dengan 'platform' teknologi digital seperti Dicoding, Google, Samsung, IBM, Microsoft, Alcatel, Line, Lintasarta, Tokopedia, dan Go-Jek," katanya.
Ia mengatakan BDD diadakan untuk menjembatani para pengembang dengan "platform" teknologi mutakhir untuk mengembangkan produk digital khususnya di bidang subsektor aplikasi, game, dan web serta "internet of things" (IoT).
"Hal itu sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya banyak 'startup' yang berkualitas di Yogyakarta dan sekitarnya. Salah satu hasil dari BDD adalah lahirnya para talenta berbakat dari 'local challenge'," katanya.
Ia mengemukakan komunitas pengembang dan pelaku bisnis digital di Yogyakarta seperti GameLan, Creacle Studio, Qajoo Studio, Hicca STudio, Kulina, dan Niji telah lebih dulu berkontrisbusi positif bagi masyarakat lokal.
Selain itu, tersedianya fasilitas seperti Jogja Digital Valley (JDV) dan Digital Innovation Lounge (DILo) juga membuat munculnya bibit-bibit baru para pengembang aplikasi dan game.
"Ekosistem ekonomi digital seperti itu perlu didukung secara konsisten dan berkelanjutan," kata Hari.
Menurut dia, Yogyakarta merupakan kota keenam penyelenggaraan BDD 2018 dengan menghadirkan sejumlah pelaku, praktisi, dan "expert" industri kreatif digital Tanah Air.
"BDD di Yogyakarta dihadiri 1.200 peserta yang antusias mengikuti 'sharing session' dengan para pakar dan pelaku industri kreatif digital," kata Hari.
"Hal itu terlihat dari banyaknya talenta di bidang kreatif digital," katanya di sela-sela "Bekraf Developer Day" (BDD) 2018 di Yogyakarta, Sabtu.
Selain itu, menurut dia, di Yogyakarta juga tersedia ekosistem pendukung yang memadai bagi tumbuhnya "startup" digital seperti pusat kreatif, "coworking space", serta inkubator dan akselerator.
"Bekraf terus berupaya mempertemukan para pengembang 'startup' dengan 'platform' teknologi digital seperti Dicoding, Google, Samsung, IBM, Microsoft, Alcatel, Line, Lintasarta, Tokopedia, dan Go-Jek," katanya.
Ia mengatakan BDD diadakan untuk menjembatani para pengembang dengan "platform" teknologi mutakhir untuk mengembangkan produk digital khususnya di bidang subsektor aplikasi, game, dan web serta "internet of things" (IoT).
"Hal itu sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya banyak 'startup' yang berkualitas di Yogyakarta dan sekitarnya. Salah satu hasil dari BDD adalah lahirnya para talenta berbakat dari 'local challenge'," katanya.
Ia mengemukakan komunitas pengembang dan pelaku bisnis digital di Yogyakarta seperti GameLan, Creacle Studio, Qajoo Studio, Hicca STudio, Kulina, dan Niji telah lebih dulu berkontrisbusi positif bagi masyarakat lokal.
Selain itu, tersedianya fasilitas seperti Jogja Digital Valley (JDV) dan Digital Innovation Lounge (DILo) juga membuat munculnya bibit-bibit baru para pengembang aplikasi dan game.
"Ekosistem ekonomi digital seperti itu perlu didukung secara konsisten dan berkelanjutan," kata Hari.
Menurut dia, Yogyakarta merupakan kota keenam penyelenggaraan BDD 2018 dengan menghadirkan sejumlah pelaku, praktisi, dan "expert" industri kreatif digital Tanah Air.
"BDD di Yogyakarta dihadiri 1.200 peserta yang antusias mengikuti 'sharing session' dengan para pakar dan pelaku industri kreatif digital," kata Hari.