Sleman (Antaranews Jogja) - Sebuah lubang cukup besar berukuran sekitar 4 x 3 meter muncul di tengah aliran Sungai Kuning di Dusun Sambirejo, Selomartani, Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kejadian di aliran sungai berhulu Gunung Merapi yang tersebar melalui berbagai media sosial pada Minggu pagi tersebut sempat menghebohkan warga.
Dalam video berdurasi sekitar satu menit lebih itu nampak ada lubang menganga di tengah Sungai Kuning yang mengakibatkan air tersedot ke dasar sungai.
Lubang dengan kedalaman sekitar dua meter itu terletak di antara jembatan dan bendungan Sambirejo. Lubang itu diperkirakan terjadi akibat hujan deras yang mengakibatkan aliran air yang menggerus dasar sungai sehingga membentuk lubang besar.
"Munculnya lubang besar tersebut kemungkinan karena hujan lalu ada aliran air deras yang membawa material pasir. Karena pintu air tertutup akhirnya mencari jalan dan menggerus dasar sungai," kata Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kabupaten Sleman Achmad Subhan ketika ditemui di lokasi, Minggu.
DPUKPKabupaten Sleman kemudian mengerahkan dua unit ekskavator untuk melakukan normalisasi sungai. Selain itu, juga membuka pintu air agar aliran air bisa lancar.
"Ini alirannya kami buat agar lancar dulu agar tidak masuk ke lubang, hari Senin (11/2) lubang akan kami tutup secara permanen," katanya.
Subhan memastikan kejadian itu untuk sementara tidak berdampak signifikan terhadap konstruksi jembatan maupun bendungan di sekitarnya.
"Akan segera kami tangani agar dampaknya tidak meluas," katanya.
Ia mengatakan, selain mengerahkan dua alat berat, pihaknya juga mempersiapkan 'bronjong" (jaring pengikat batu) sebanyak 80 buah. Selain itu, juga disiapkan batu untuk menutup lubang yang menganga.
"Jika tidak ditangani segera dan fungsi bendungan dikembalikan khawatirnya daerah bawah juga akan terkena dampak," katanya.
Terkait pintu air yang tidak dibuka saat hujan, pihaknya menjelaskan jika ada prosedurnya. Jika hujan dan potensi banjir besar, pintu air justru harus ditutup.
"Jika dibuka dikhawatirkan material akan menyumbat dan pintu air tidak bisa ditutup kembali," katanya.
Kepala Dusun Sambirejo Giyanto menuturkan kejadian tersebut terjadi hari Jumat siang (8/2) sekitar pukul 11.11 WIB.
"Sebenarnya kejadian ini bukan yang pertama. Dulu pernah dua kali kejadian (amblas), tapi sudah ditangani dengan gotong royong warga," katanya.
Giyanto mengatakan, sebelumnya warga telah menutup lubang kecil itu dengan karung pasir, terpal dan bambu. Namun pada kejadian Jumat siang itu, tanggul buatan warga tidak bisa menahan desarnya air.
"Karena pintu air tidak bisa dibuka selama 16 tahun akibat rusak, dan tanggul buatan tidak bisa menahan, ya akhirnya jebol lagi," katanya.
Ia membantah jika munculnya lubang tersebut karena kegiatan penambangan pasir di sungai itu.
"Bangunannya sudah tua dan dulu pernah ada lubang serupa," katanya.
Kejadian di aliran sungai berhulu Gunung Merapi yang tersebar melalui berbagai media sosial pada Minggu pagi tersebut sempat menghebohkan warga.
Dalam video berdurasi sekitar satu menit lebih itu nampak ada lubang menganga di tengah Sungai Kuning yang mengakibatkan air tersedot ke dasar sungai.
Lubang dengan kedalaman sekitar dua meter itu terletak di antara jembatan dan bendungan Sambirejo. Lubang itu diperkirakan terjadi akibat hujan deras yang mengakibatkan aliran air yang menggerus dasar sungai sehingga membentuk lubang besar.
"Munculnya lubang besar tersebut kemungkinan karena hujan lalu ada aliran air deras yang membawa material pasir. Karena pintu air tertutup akhirnya mencari jalan dan menggerus dasar sungai," kata Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kabupaten Sleman Achmad Subhan ketika ditemui di lokasi, Minggu.
DPUKPKabupaten Sleman kemudian mengerahkan dua unit ekskavator untuk melakukan normalisasi sungai. Selain itu, juga membuka pintu air agar aliran air bisa lancar.
"Ini alirannya kami buat agar lancar dulu agar tidak masuk ke lubang, hari Senin (11/2) lubang akan kami tutup secara permanen," katanya.
Subhan memastikan kejadian itu untuk sementara tidak berdampak signifikan terhadap konstruksi jembatan maupun bendungan di sekitarnya.
"Akan segera kami tangani agar dampaknya tidak meluas," katanya.
Ia mengatakan, selain mengerahkan dua alat berat, pihaknya juga mempersiapkan 'bronjong" (jaring pengikat batu) sebanyak 80 buah. Selain itu, juga disiapkan batu untuk menutup lubang yang menganga.
"Jika tidak ditangani segera dan fungsi bendungan dikembalikan khawatirnya daerah bawah juga akan terkena dampak," katanya.
Terkait pintu air yang tidak dibuka saat hujan, pihaknya menjelaskan jika ada prosedurnya. Jika hujan dan potensi banjir besar, pintu air justru harus ditutup.
"Jika dibuka dikhawatirkan material akan menyumbat dan pintu air tidak bisa ditutup kembali," katanya.
Kepala Dusun Sambirejo Giyanto menuturkan kejadian tersebut terjadi hari Jumat siang (8/2) sekitar pukul 11.11 WIB.
"Sebenarnya kejadian ini bukan yang pertama. Dulu pernah dua kali kejadian (amblas), tapi sudah ditangani dengan gotong royong warga," katanya.
Giyanto mengatakan, sebelumnya warga telah menutup lubang kecil itu dengan karung pasir, terpal dan bambu. Namun pada kejadian Jumat siang itu, tanggul buatan warga tidak bisa menahan desarnya air.
"Karena pintu air tidak bisa dibuka selama 16 tahun akibat rusak, dan tanggul buatan tidak bisa menahan, ya akhirnya jebol lagi," katanya.
Ia membantah jika munculnya lubang tersebut karena kegiatan penambangan pasir di sungai itu.
"Bangunannya sudah tua dan dulu pernah ada lubang serupa," katanya.