Bantul (ANTARA) - Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan, sawah atau tanaman padi yang mengalami kekeringan karena kemarau 2019 terjadi di lahan pertanian yang tidak ada saluran irigasi.

"Biasanya kekeringan itu terjadi di daerah tidak beririgasi seperti wilayah Dlingo, Sedayu dan Pajangan itu daerah tidak beririgasi dan daerah 'tadah' hujan," kata Kasi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman, Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Umi Fauziah di Bantul, Sabtu.

Disebutkan, lahan pertanian padi di beberapa kecamatan Bantul yang terdampak kekeringan hingga gagal panen seluas 93 hektare, salah satunya di wilayah Dlingo, sawah yang puso seluas 85 hektare dari 180 hektare luasan tanam di daerah perbukitan itu.

Dia mengatakan, seharusnya pada musim Mei-Juni petani menanam palawija di lahan tidak beririgasi itu, namun mereka memaksakan menanam padi karena menganggap masih ada air, sebab masih turun hujan, tetapi tidak disangka hujan hanya sementara.

"Harusnya sudah (nanam) palawija, namun tanam apa itu kesepakatan kelompok, nah kelompok kemarin melihat kok masih hujan, tidak tahunya hujan langsung berhenti terus, sementara sudah terlanjur nanam padi," katanya.

Sementara itu, Kasi Pemasaran dan Pengolahan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Aribowo mengatakan, Dlingo merupakan daerah yang bisa dikatakan tidak selalu surplus atau berlebihan dalam ketersediaan air, sehingga rawan terjadi lahan kering.

"Tetapi teman-teman di sana sudah punya kearifan lokal, jadi memang yang ada di Dlingo mempunyai kebiasaan semacam syukur-syukur bisa panen, kalau tidak bisa, hasilnya untuk keperluan lainnya, jadi perencanaan dari awal sudah seperti itu," katanya.

Dengan demikian, kata dia, ancaman kekeringan terhadap lahan pertanian di Dlingo akibat kemarau panjang sudah disikapi para petani, dan kondisi itu sudah dialami hampir setiap kemarau dan tidak menyurutkan semangat petani untuk bercocok tanam.

Aribowo mengatakan, kekeringan lahan pertanian di Dlingo dan sebagian wilayah lain di Bantul karena pengaruh pada 2019 ini ada pergeseran cuaca, yang biasanya musim kemarau mulai Mei, namun tahun ini dimulai pada April, kondisi itu tidak disangka para petani.

"Jadi kemarau agak maju, sedangkan hujan kita datangnya sudah agak mundur, itu membuat kita agak kaget, seharusnya kalau tetap di Mei (sawah) tidak ada masalah, tapi karena ini maju otomatis banyak lahan yang kena dampaknya," katanya.
Baca juga: Lahan pertanian di Dlingo terdampak kekeringan akibat kemarau
 

Pewarta : Hery Sidik
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024