Yogyakarta (ANTARA) - Indonesia Space Science Society (ISSS) akan membangun sebuah simulasi analog Planet Mars di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Simulasi analog Mars ini akan diberi nama VMARS, kepanjangan dari v.u.f.o.c Mars Analog Research Station," kata pendiri ISSS Venzha Christ dalam rilis di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, program VMARS ini rencananya akan dimulai pembangunannya pada akhir tahun 2020 dan akan memulai proto program pada awal tahun 2021, yang kemudian program pertamanya pada pertengahan 2021.
Sebelumnya VMARS ini direncanakan sudah mulai pembangunannya pada awal tahun 2020, tetapi karena pandemi COVID-19 pelaksanaannya harus mundur. Untuk tempat dan lokasinya masih dirahasiakan terkait adanya dua alternatif tempat yang sudah dipilih satu untuk direalisasikan.
"Yang pasti tempatnya ada di Provinsi DIY, dan dipastikan VMARS akan tetap berkolaborasi dengan berbagai komunitas regional, nasional maupun internasional dalam ranah sains dan teknologi antariksa," kata Venzha.
Melalui VMARS, Venzha akan menjadikan pemahaman baru tentang Mars atau planet lainnya yang memungkinkan untuk dihuni menjadi menarik dari pendekatan berbagai perspektif sains, teknologi, etika, dan seni.
"Fokus VMARS pada riset Radio Astronomy, mengenal radiasi benda langit, kreasi Space Food alternatif, inovasi teknologi Space Farming, serta penelitian Extra-Terrestrial Life akan kami jadikan acuan untuk mengolah logika dan penalaran bagi generasi yang ada sekarang dan akan datang," katanya.
Ia mengatakan masa depan teknologi sains di Indonesia akan sangat tergantung dari proses dan peran semua pihak yang dilakukan pada saat ini. Kehadiran VMARS ini di antaranya untuk mendorong industri antariksa nasional dan ekonomi kreatif di bidang sains antariksa di Indonesia.
VMARS akan mengadakan "soft launching" dengan sebuah karya instalasi interaktif yang dipamerkan di Bangkok Art Biennale 2020, Thailand, dan di Yogyakarta dengan judul "Mars is (not) a simulation - a terraforming paradox after the mission".
"Karya ini memaparkan tentang usaha dan kemungkinan untuk menjadikan Mars sebagai bumi kedua atau tempat baru yang akan dibangun sebuah peradaban dengan banyaknya faktor kendala yang ekstrem," kata Venzha.
Menurut dia, karya ini mendorong pemikiran kritis tentang kondisi alam di Planet Mars bagi rencana ekspansi manusia bumi untuk membuat koloni manusia. Selain itu juga mengajak audiens untuk membayangkan masa depan Mars melalui perkembangan teknologi terkini yang dimiliki manusia.
"Saya tidak setuju membangun koloni manusia di Mars karena kondisi di sana tidak layak dihuni manusia, sebelum terraforming Mars benar-benar terjadi. Namun saya mendukung pembuatan laboratorium luar angkasa di Mars dan mengembalikan pengetahuannya untuk peradaban dan kehidupan di Planet Bumi yang lebih baik," katanya.
Venzha mengungkapkan suatu saat jika terraforming benar-benar terjadi di Planet Mars, maka pada saat yang bersamaan entitas manusia akan lahir menjadi manusia baru bagi peradaban manusia di bumi.
"Terraforming adalah usaha manusia dengan teknologinya untuk membentuk ekosistem dan lingkungan pendukung kehidupan. Meskipun demikian, sampai saat ini belum ditemukan cara untuk melakukan terraforming Mars. Semua teori masih berupa spekulasi," kata Venzha.
"Simulasi analog Mars ini akan diberi nama VMARS, kepanjangan dari v.u.f.o.c Mars Analog Research Station," kata pendiri ISSS Venzha Christ dalam rilis di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, program VMARS ini rencananya akan dimulai pembangunannya pada akhir tahun 2020 dan akan memulai proto program pada awal tahun 2021, yang kemudian program pertamanya pada pertengahan 2021.
Sebelumnya VMARS ini direncanakan sudah mulai pembangunannya pada awal tahun 2020, tetapi karena pandemi COVID-19 pelaksanaannya harus mundur. Untuk tempat dan lokasinya masih dirahasiakan terkait adanya dua alternatif tempat yang sudah dipilih satu untuk direalisasikan.
"Yang pasti tempatnya ada di Provinsi DIY, dan dipastikan VMARS akan tetap berkolaborasi dengan berbagai komunitas regional, nasional maupun internasional dalam ranah sains dan teknologi antariksa," kata Venzha.
Melalui VMARS, Venzha akan menjadikan pemahaman baru tentang Mars atau planet lainnya yang memungkinkan untuk dihuni menjadi menarik dari pendekatan berbagai perspektif sains, teknologi, etika, dan seni.
"Fokus VMARS pada riset Radio Astronomy, mengenal radiasi benda langit, kreasi Space Food alternatif, inovasi teknologi Space Farming, serta penelitian Extra-Terrestrial Life akan kami jadikan acuan untuk mengolah logika dan penalaran bagi generasi yang ada sekarang dan akan datang," katanya.
Ia mengatakan masa depan teknologi sains di Indonesia akan sangat tergantung dari proses dan peran semua pihak yang dilakukan pada saat ini. Kehadiran VMARS ini di antaranya untuk mendorong industri antariksa nasional dan ekonomi kreatif di bidang sains antariksa di Indonesia.
VMARS akan mengadakan "soft launching" dengan sebuah karya instalasi interaktif yang dipamerkan di Bangkok Art Biennale 2020, Thailand, dan di Yogyakarta dengan judul "Mars is (not) a simulation - a terraforming paradox after the mission".
"Karya ini memaparkan tentang usaha dan kemungkinan untuk menjadikan Mars sebagai bumi kedua atau tempat baru yang akan dibangun sebuah peradaban dengan banyaknya faktor kendala yang ekstrem," kata Venzha.
Menurut dia, karya ini mendorong pemikiran kritis tentang kondisi alam di Planet Mars bagi rencana ekspansi manusia bumi untuk membuat koloni manusia. Selain itu juga mengajak audiens untuk membayangkan masa depan Mars melalui perkembangan teknologi terkini yang dimiliki manusia.
"Saya tidak setuju membangun koloni manusia di Mars karena kondisi di sana tidak layak dihuni manusia, sebelum terraforming Mars benar-benar terjadi. Namun saya mendukung pembuatan laboratorium luar angkasa di Mars dan mengembalikan pengetahuannya untuk peradaban dan kehidupan di Planet Bumi yang lebih baik," katanya.
Venzha mengungkapkan suatu saat jika terraforming benar-benar terjadi di Planet Mars, maka pada saat yang bersamaan entitas manusia akan lahir menjadi manusia baru bagi peradaban manusia di bumi.
"Terraforming adalah usaha manusia dengan teknologinya untuk membentuk ekosistem dan lingkungan pendukung kehidupan. Meskipun demikian, sampai saat ini belum ditemukan cara untuk melakukan terraforming Mars. Semua teori masih berupa spekulasi," kata Venzha.