Jakarta (ANTARA) - Anggota Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Korpolairud) Baharkam Polri menemukan tujuh benda diduga kuat properti dari penumpang pesawat Sriwijaya Air LK CLC nomor penerbangan SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.
"Tadi jam 10.00 WIB kami mendapat informasi bahwa ada beberapa serpihan-serpihan dari pesawat Sriwijaya Air yang jatuh kemarin," kata Dirpolair Korpolairud Baharkam Polri Brigjen Pol. Yassin Kosasih di Kapal Polisi Bisma 8003, Minggu siang.
Tujuh benda tersebut berupa sandal merek New Era sebelah kanan, sandal jepit, rompi biru, jaket hitam, sepatu sebelah kiri, setelah itu pembungkus paket plastik.
Temuan itu dilaporkan petugas pantau menggunakan helikopter melalui penyisiran lewat udara terhadap permukaan laut di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta.
"Jumlahnya kurang lebih ada tujuh, sementara masih kita kumpulkan di KP Bisma sebagai kapal poskonya dari Polri. Nanti kita kumpulkan dan kita kirim ke Posko Basarnas atau kita kirim langsung ke JICT," katanya.
Benda tersebut, kata Yassin, diduga kuat sebagai properti dari penumpang pesawat yang hilang kemudian jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
"Mungkin tim lain tadi saya dapat informasi ada juga yang sudah mendapatkan benda-benda lainnya," katanya.
Hingga pukul 10.00 WIB, Korpolairud telah mengerahkan 20 penyelam untuk menyisir hingga ke dalam perairan Kepulauan Seribu.
"Di sekitar Pulau Laki kurang lebih 2 jam kita menyelam di kedalaman sekitar 20 meter, namun belum ditemukan tanda-tanda serpihan dari pesawat yang jatuh," katanya.
Upaya pencarian pesawat serta korban yang hilang juga dibantu dengan helikopter serta bantuan alat robot.
"Kita mempunyai alat robotic, bahwa alat ini bisa sampai kedalaman 300 meter. Tadi sudah kita coba dan kita bawa ke lokasi yang dilakukan penyelaman," katanya.
Kendala selama pencarian, kata Yassin, adalah situasi angin yang berhembus kencang.
"Sekarang angin sudah berhembus lebih kencang, tentunya ini juga merupakan suatu kendala bagi kita untuk melakukan pencarian," katanya.
Pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
"Tadi jam 10.00 WIB kami mendapat informasi bahwa ada beberapa serpihan-serpihan dari pesawat Sriwijaya Air yang jatuh kemarin," kata Dirpolair Korpolairud Baharkam Polri Brigjen Pol. Yassin Kosasih di Kapal Polisi Bisma 8003, Minggu siang.
Tujuh benda tersebut berupa sandal merek New Era sebelah kanan, sandal jepit, rompi biru, jaket hitam, sepatu sebelah kiri, setelah itu pembungkus paket plastik.
Temuan itu dilaporkan petugas pantau menggunakan helikopter melalui penyisiran lewat udara terhadap permukaan laut di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta.
"Jumlahnya kurang lebih ada tujuh, sementara masih kita kumpulkan di KP Bisma sebagai kapal poskonya dari Polri. Nanti kita kumpulkan dan kita kirim ke Posko Basarnas atau kita kirim langsung ke JICT," katanya.
Benda tersebut, kata Yassin, diduga kuat sebagai properti dari penumpang pesawat yang hilang kemudian jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
"Mungkin tim lain tadi saya dapat informasi ada juga yang sudah mendapatkan benda-benda lainnya," katanya.
Hingga pukul 10.00 WIB, Korpolairud telah mengerahkan 20 penyelam untuk menyisir hingga ke dalam perairan Kepulauan Seribu.
"Di sekitar Pulau Laki kurang lebih 2 jam kita menyelam di kedalaman sekitar 20 meter, namun belum ditemukan tanda-tanda serpihan dari pesawat yang jatuh," katanya.
Upaya pencarian pesawat serta korban yang hilang juga dibantu dengan helikopter serta bantuan alat robot.
"Kita mempunyai alat robotic, bahwa alat ini bisa sampai kedalaman 300 meter. Tadi sudah kita coba dan kita bawa ke lokasi yang dilakukan penyelaman," katanya.
Kendala selama pencarian, kata Yassin, adalah situasi angin yang berhembus kencang.
"Sekarang angin sudah berhembus lebih kencang, tentunya ini juga merupakan suatu kendala bagi kita untuk melakukan pencarian," katanya.
Pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.