Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki mengapresiasi kinerja kelompok industri kecil bidang pande besi di Desa Kiping, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur karena dinilai berhasil memproduksi cangkul berkualitas, sehingga mendapat label SNI (standar nasional Indonesia).
"Akhirnya kami mampu swasembada cangkul sendiri yang saat ini bahan bakunya di-support oleh BUMN, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan dukungan pembiayaan dari PT BRI (Persero) Tbk,” ucap Teten dalam launching produk SNI Cangkul Nasional Merah Putih sekaligus Pelepasan Ekspor Batu Fosil ke Hamburg, Jerman di Pendopo Bupati Tulungagung, Jumat.
Teten tak hanya mampir pendopo daerah untuk melaksanakan seremoni acara, namun juga datang langsung ke sentra industri cangkul merah putih di Desa Kiping, Kecamatan Gondang.
Teten yang tampak didampingi Bupati Tulungagung Maryoto Birowo berikut jajaran forkopimda, juga singgah ke sentra kerajinan batu fosil yang pangsa jualnya telah merambah pasar internasional di Eropa, Amerika, maupun Asia.
"Akhirnya kami menempuh jalan untuk memperkuat koperasinya terlebih dahulu, kemudian bermitra bersama BUMN untuk ketersediaan bahan baku,” jelas Teten.
Teten menceritakan, saat dirinya mengawali menjabat sebagai menteri, kabar mengenai cangkul impor menyeruak. Dirinya pun lantas diminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mencari solusinya. Ketika itu, Teten bilang, bahan baku menjadi isu utamanya.
Sayangnya, meski telah mengantongi sertifikat, produksi masal belum bisa dilakukan. Hal ini dikarenakan pasokan bahan baku dari PT Krakatau Steel masih dalam posisi menunggu.
Cangkul Merah Putih merupakan program lokalisasi kolaborasi KemenKopUKM bersama Kementerian Perindustrian, LPDB-KUMKM, dan BUMN untuk menekan impor cangkul.
Produsen cangkul di Desa Kiping ada 20 orang. Mereka tergabung dalam Koperasi Angudi Logam Abadi.
Senada dengan Suyadi, Ketua Koperasi Angudi Logam Abadi, Kusnanto ungkapkan produksi cangkul SNI masih menunggu kiriman bahan baku dari suplier bahan baku.
"Belum produksi, masih disiapkan," jelasnya.
Ditanya harga cangkul SNI yang dijual, Kusnanto belum bisa menjelaskan, lantaran belum diproduksi. Namun untuk cangkul non SNI dijual dengan harga Rp40 ribu hingga Rpribu per buah.
"Akhirnya kami mampu swasembada cangkul sendiri yang saat ini bahan bakunya di-support oleh BUMN, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan dukungan pembiayaan dari PT BRI (Persero) Tbk,” ucap Teten dalam launching produk SNI Cangkul Nasional Merah Putih sekaligus Pelepasan Ekspor Batu Fosil ke Hamburg, Jerman di Pendopo Bupati Tulungagung, Jumat.
Teten tak hanya mampir pendopo daerah untuk melaksanakan seremoni acara, namun juga datang langsung ke sentra industri cangkul merah putih di Desa Kiping, Kecamatan Gondang.
Teten yang tampak didampingi Bupati Tulungagung Maryoto Birowo berikut jajaran forkopimda, juga singgah ke sentra kerajinan batu fosil yang pangsa jualnya telah merambah pasar internasional di Eropa, Amerika, maupun Asia.
"Akhirnya kami menempuh jalan untuk memperkuat koperasinya terlebih dahulu, kemudian bermitra bersama BUMN untuk ketersediaan bahan baku,” jelas Teten.
Teten menceritakan, saat dirinya mengawali menjabat sebagai menteri, kabar mengenai cangkul impor menyeruak. Dirinya pun lantas diminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mencari solusinya. Ketika itu, Teten bilang, bahan baku menjadi isu utamanya.
Sayangnya, meski telah mengantongi sertifikat, produksi masal belum bisa dilakukan. Hal ini dikarenakan pasokan bahan baku dari PT Krakatau Steel masih dalam posisi menunggu.
Cangkul Merah Putih merupakan program lokalisasi kolaborasi KemenKopUKM bersama Kementerian Perindustrian, LPDB-KUMKM, dan BUMN untuk menekan impor cangkul.
Produsen cangkul di Desa Kiping ada 20 orang. Mereka tergabung dalam Koperasi Angudi Logam Abadi.
Senada dengan Suyadi, Ketua Koperasi Angudi Logam Abadi, Kusnanto ungkapkan produksi cangkul SNI masih menunggu kiriman bahan baku dari suplier bahan baku.
"Belum produksi, masih disiapkan," jelasnya.
Ditanya harga cangkul SNI yang dijual, Kusnanto belum bisa menjelaskan, lantaran belum diproduksi. Namun untuk cangkul non SNI dijual dengan harga Rp40 ribu hingga Rpribu per buah.