Jakarta (ANTARA) - Label fesyen Sejauh Mata Memandang (SMM) menggandeng aktris sekaligus pendiri Yayasan Dian Sastrowardoyo (YDS), Dian Sastrowardoyo, dalam koleksinya bertajuk "Tumbuh", yang dipamerkan perdana di Jakarta Fashion Week 2021 baru-baru ini.
Pendiri SMM Chitra Subyakto, dikutip pada Sabtu, mengatakan koleksi "Tumbuh" diharapkan mampu mengajak publik untuk bersama-sama merawat dan mencintai bumi dengan melakukan hal-hal kecil dan sederhana.
"Koleksi ini terinspirasi dari kegiatan sehari- hari seperti menanam, berkebun, yang ternyata mempunyai banyak manfaat positif, baik untuk diri sendiri, maupun lingkungan, dan pada akhirnya berdampak baik terhadap bumi," katanya.
Koleksi ini menampilkan berbagai pakaian sehari-hari dengan warna-warna cerah, yang nyaman dan dimasukkan pula sejumlah motif pakaian yang dibuat dari bahan tencel, katun organik dan katun primisima serta menggunakan teknik cetak, batik cap, bordir dan sulam tangan.
Setiap pembelian produk koleksi "Tumbuh" ini, konsumen telah menyumbang satu pohon untuk penghijauan hutan di Taman Nasional Leuser, Aceh Timur.
Dian Sastrowardoyo sebagai kolaborator dalam koleksi ini ingin menyuarakan pentingnya berperan aktif dan melakukan tindakan nyata untuk lebih mencintai alam dan menjaga bumi.
Tak hanya itu, SMM dan YDS juga bekerja sama dengan pembuat film dokumenter “Bara/The Flame”, Gita Fara dan Arfan Sabran. Ketiganya berkolaborasi di penghujung tahun 2021 dengan film sebagai alat komunikasi untuk melakukan edukasi terhadap berbagai lapisan masyarakat mengenai pentingnya isu lingkungan hidup.
"Sebagai sebuah brand, Sejauh Mata Memandang sangat peduli akan masalah dan isu lingkungan hidup, dan kami sadar akan pentingnya kolaborasi dengan banyak pihak agar dapat menjangkau khalayak yang lebih luas," kata Chitra.
Lebih lanjut, Dian menambahkan, film diharapkan dapat menjelaskan faktor penting dari permasalahan lingkungan dan bisa memberikan contoh tindakan yang baik untuk masa depan hutan di Indonesia.
Sementara itu, "The Flame" berkolaborasi bersama Yayasan Dian Sastrowardoyo dan Sejauh Mata Memandang dengan mengunjungi berbagai kota di Indonesia untuk mengajak masyarakat agar turut serta dalam upaya melindungi lingkungan hutan adat di Indonesia.
"Kami berharap dengan adanya kolaborasi film dokumenter 'The Flame' dengan YDS dan SMM dapat membantu mempercepat dan memperluas edukasi yang akan kami lakukan di berbagai wilayah Indonesia terkait isu lingkungan hidup, terutama hutan adat yang kian punah," imbuh produser "The Flame", Gita Fara.
"The Flame" merupakan film dokumenter yang berkisah tentang kehidupan nyata seorang pria lanjut usia bernama Iber Djamal (77 tahun) sebagai penduduk asli Kalimantan yang mempertaruhkan sepanjang hidupnya untuk mendapatkan hak waris hutan adatnya.
Film yang juga bertujuan memaparkan isu lingkungan hidup dan deforestasi yang telah menjadi permasalahan besar di negara ini, akan tayang secara eksklusif di beberapa kota besar di Indonesia mulai akhir November 2021.
Pendiri SMM Chitra Subyakto, dikutip pada Sabtu, mengatakan koleksi "Tumbuh" diharapkan mampu mengajak publik untuk bersama-sama merawat dan mencintai bumi dengan melakukan hal-hal kecil dan sederhana.
"Koleksi ini terinspirasi dari kegiatan sehari- hari seperti menanam, berkebun, yang ternyata mempunyai banyak manfaat positif, baik untuk diri sendiri, maupun lingkungan, dan pada akhirnya berdampak baik terhadap bumi," katanya.
Koleksi ini menampilkan berbagai pakaian sehari-hari dengan warna-warna cerah, yang nyaman dan dimasukkan pula sejumlah motif pakaian yang dibuat dari bahan tencel, katun organik dan katun primisima serta menggunakan teknik cetak, batik cap, bordir dan sulam tangan.
Setiap pembelian produk koleksi "Tumbuh" ini, konsumen telah menyumbang satu pohon untuk penghijauan hutan di Taman Nasional Leuser, Aceh Timur.
Dian Sastrowardoyo sebagai kolaborator dalam koleksi ini ingin menyuarakan pentingnya berperan aktif dan melakukan tindakan nyata untuk lebih mencintai alam dan menjaga bumi.
Tak hanya itu, SMM dan YDS juga bekerja sama dengan pembuat film dokumenter “Bara/The Flame”, Gita Fara dan Arfan Sabran. Ketiganya berkolaborasi di penghujung tahun 2021 dengan film sebagai alat komunikasi untuk melakukan edukasi terhadap berbagai lapisan masyarakat mengenai pentingnya isu lingkungan hidup.
"Sebagai sebuah brand, Sejauh Mata Memandang sangat peduli akan masalah dan isu lingkungan hidup, dan kami sadar akan pentingnya kolaborasi dengan banyak pihak agar dapat menjangkau khalayak yang lebih luas," kata Chitra.
Lebih lanjut, Dian menambahkan, film diharapkan dapat menjelaskan faktor penting dari permasalahan lingkungan dan bisa memberikan contoh tindakan yang baik untuk masa depan hutan di Indonesia.
Sementara itu, "The Flame" berkolaborasi bersama Yayasan Dian Sastrowardoyo dan Sejauh Mata Memandang dengan mengunjungi berbagai kota di Indonesia untuk mengajak masyarakat agar turut serta dalam upaya melindungi lingkungan hutan adat di Indonesia.
"Kami berharap dengan adanya kolaborasi film dokumenter 'The Flame' dengan YDS dan SMM dapat membantu mempercepat dan memperluas edukasi yang akan kami lakukan di berbagai wilayah Indonesia terkait isu lingkungan hidup, terutama hutan adat yang kian punah," imbuh produser "The Flame", Gita Fara.
"The Flame" merupakan film dokumenter yang berkisah tentang kehidupan nyata seorang pria lanjut usia bernama Iber Djamal (77 tahun) sebagai penduduk asli Kalimantan yang mempertaruhkan sepanjang hidupnya untuk mendapatkan hak waris hutan adatnya.
Film yang juga bertujuan memaparkan isu lingkungan hidup dan deforestasi yang telah menjadi permasalahan besar di negara ini, akan tayang secara eksklusif di beberapa kota besar di Indonesia mulai akhir November 2021.