Yogyakarta (ANTARA) - Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa), sebagai salah satu UPT di Kementerian Pertanian, melalui Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) menggelar Koordinasi Persiapan Akreditasi Jurnal Nasional untuk meningkatkan standar mutu jurnal dan peringkat akreditasi SINTA,
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan sektor pertanian akan semakin kuat jika didukung oleh riset dan inovasi yang berkelanjutan.
"Pesan Bapak Presiden jelas, pembangunan pertanian harus berbasis riset dan teknologi. Saya apresiasi kerja-kerja para peneliti kita yang sudah menemukan, menciptakan inovasi-inovasi unggul," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Minggu.
Kegiatan yang ditujukan bagi tim internal Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Polbangtan YoMa menghadirkan narasumber dari Relawan Jurnal Indonesia (RJI) Dhidhin Noer Ady Rahmanto yang sekaligus merupakan Dosen dan Pengelola Jurnal Universitas Alma Ata.
Menurut Dhidhin, sistem penilaian akreditasi bertujuan untuk menyamakan standar mutu jurnal ilmiah yang berkualitas berpengaruh dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Sejak 21 Maret 2018 melalui Peraturan Menristekdikti Nomor 9 Tahun 2018 tentang Akreditasi Jurnal Ilmiah, proses akreditasi jurnal ilmiah di Indonesia dilakukan melalui satu pintu yaitu melalui portal akreditasi jurnal ilmiah (Arjuna)," katanya.
Dhidhin juga menyampaikan bahwa terdapat beberapa poin yang harus dipenuhi oleh insitusi guna mendapatkan akreditasi tersebut di antaranya kualifikasi editor dan reviewer, indexing, dan penyematan Digital Object Identifier (DOI) pada masing-masing artikel.
"Dengan adanya DOI, maka akan mudah menemukan data lengkap sebuah dokumen. Mulai dari judul, penulis, penerbit, halaman, dan seterusnya. Atau, jika tak sengaja kita menemukan potongan kertas yang memuat abstrak sebuah tulisan, tanpa judul, namun ada DOI-nya, maka dapat dilacak identitas dokumen tersebut," katanya.
Ia juga memberikan tips dan trik mendongkrak nilai akreditasi jurnal. Poin yang paling menyumbang nilai tinggi yaitu substansi dan gaya penulisan. "Bisa menyumbang sampai 52 poin, selebihnya bisa dimaksimalkan pada poin penyuntingan dan citasi google scholar 3 tahun terakhir," kata Dhidhin.
Kepala UPPM Polbangtan YoMa R Hermawan mengatakan bahwa agenda workshop ini sangat penting sebagai upaya peningkatan mutu dan akreditasi Jurnal Polbangtan YoMa yang juga akan berimbas pada peningkatan mutu pendidikan vokasi pertanian.
"Jurnal ilmiah merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh setiap dosen Polbangtan YoMa, selain untuk membangun jejaring yang bereputasi internasional sekaligus juga menjadi bukti orisinalitas suatu penelitian," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengharapkan kontribusi dan kerja sama setiap insan BPPSDMP, khususnya dosen untuk membuat jurnal ilmiah.
"Salah satu bentuk diseminasi hasil-hasil inovasi pertanian adalah melalui jurnal, termasuk kategori ilmiah sehingga bentuk penulisannya pun harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmiah," kata Dedi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan sektor pertanian akan semakin kuat jika didukung oleh riset dan inovasi yang berkelanjutan.
"Pesan Bapak Presiden jelas, pembangunan pertanian harus berbasis riset dan teknologi. Saya apresiasi kerja-kerja para peneliti kita yang sudah menemukan, menciptakan inovasi-inovasi unggul," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Minggu.
Kegiatan yang ditujukan bagi tim internal Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Polbangtan YoMa menghadirkan narasumber dari Relawan Jurnal Indonesia (RJI) Dhidhin Noer Ady Rahmanto yang sekaligus merupakan Dosen dan Pengelola Jurnal Universitas Alma Ata.
Menurut Dhidhin, sistem penilaian akreditasi bertujuan untuk menyamakan standar mutu jurnal ilmiah yang berkualitas berpengaruh dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Sejak 21 Maret 2018 melalui Peraturan Menristekdikti Nomor 9 Tahun 2018 tentang Akreditasi Jurnal Ilmiah, proses akreditasi jurnal ilmiah di Indonesia dilakukan melalui satu pintu yaitu melalui portal akreditasi jurnal ilmiah (Arjuna)," katanya.
Dhidhin juga menyampaikan bahwa terdapat beberapa poin yang harus dipenuhi oleh insitusi guna mendapatkan akreditasi tersebut di antaranya kualifikasi editor dan reviewer, indexing, dan penyematan Digital Object Identifier (DOI) pada masing-masing artikel.
"Dengan adanya DOI, maka akan mudah menemukan data lengkap sebuah dokumen. Mulai dari judul, penulis, penerbit, halaman, dan seterusnya. Atau, jika tak sengaja kita menemukan potongan kertas yang memuat abstrak sebuah tulisan, tanpa judul, namun ada DOI-nya, maka dapat dilacak identitas dokumen tersebut," katanya.
Ia juga memberikan tips dan trik mendongkrak nilai akreditasi jurnal. Poin yang paling menyumbang nilai tinggi yaitu substansi dan gaya penulisan. "Bisa menyumbang sampai 52 poin, selebihnya bisa dimaksimalkan pada poin penyuntingan dan citasi google scholar 3 tahun terakhir," kata Dhidhin.
Kepala UPPM Polbangtan YoMa R Hermawan mengatakan bahwa agenda workshop ini sangat penting sebagai upaya peningkatan mutu dan akreditasi Jurnal Polbangtan YoMa yang juga akan berimbas pada peningkatan mutu pendidikan vokasi pertanian.
"Jurnal ilmiah merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh setiap dosen Polbangtan YoMa, selain untuk membangun jejaring yang bereputasi internasional sekaligus juga menjadi bukti orisinalitas suatu penelitian," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengharapkan kontribusi dan kerja sama setiap insan BPPSDMP, khususnya dosen untuk membuat jurnal ilmiah.
"Salah satu bentuk diseminasi hasil-hasil inovasi pertanian adalah melalui jurnal, termasuk kategori ilmiah sehingga bentuk penulisannya pun harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmiah," kata Dedi.