Yogyakarta (ANTARA) - Upaya transformasi koperasi di Kota Yogyakarta terus dilakukan dengan membentuk koperasi modern yang berjalan sejak 2021 dan sudah ada lima koperasi modern yang diharapkan dapat menjadi model untuk terus direplikasi.
“Pada 2021, kami memiliki empat koperasi modern dan pada tahun ini ada tambahan satu koperasi modern,” kata Kepala Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM Kota Yogyakarta Tri Karyadi Riyanto di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, salah satu ciri koperasi modern adalah menerapkan digitalisasi untuk sistem pelayanan dan manajemen pengelolaan sehingga semakin mudah diakses oleh anggota dan menarik minat masyarakat lain untuk bergabung.
Tri menyebut, salah satu dari koperasi modern di Kota Yogyakarta bahkan mampu berkembang dengan baik dan menjadi model percontohan nasional, yaitu Koperkasa yang dikelola oleh salah satu perusahaan makanan PT SGM.
“Koperasi tersebut bahkan menyabet penghargaan dari Kementerian Koperasi dan UKM sebagai pionir koperasi modern,” katanya.
Koperasi modern lain yang sudah ada, di antaranya koperasi yang dikelola Politeknik LPP, koperasi yang dikelola Universitas Kristen Duta Wacana, dan koperasi yang dikelola salah satu perusahaan batik.
“Kami ingin memantapkan agar koperasi modern yang sudah ada ini semakin berkembang dengan baik dan maju, sembari memastikan agar ada replikasi di kemudian hari,” katanya.
Meskipun demikian, Tri menyebut, ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan koperasi modern, salah satunya susunan pengurus koperasi yang masih didominasi orang tua.
“Belum banyak generasi muda yang terjun ke koperasi. Padahal, untuk melakukan transformasi dan digitalisasi dibutuhkan peran generasi muda. Kalau mengandalkan orang tua, maka akan sangat sulit,” katanya.
Ia berharap, semakin banyak anak muda yang tertarik untuk terus mengembangkan koperasi dengan manajemen yang modern.
“Setiap dua tahun, ada pergantian pengurus koperasi. Harapannya, ada anak muda yang bergabung dan berkolaborasi. Orang tua menang pengalaman sedangkan anak muda bisa bergerak cepat melakukan transformasi,” katanya.
Di Kota Yogyakarta terdapat 364 koperasi dan seluruhnya dalam kondisi aktif karena pemerintah daerah juga rutin melakukan penilaian kesehatan koperasi setiap tahunnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Koperasi Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM Kota Yogyakarta Bebasari Sitarini mengatakan, transformasi koperasi dibutuhkan agar bisa kembali bangkit usai pandemi COVID-19.
“Pada masa pemulihan ekonomi seperti sekarang ini, paling tidak koperasi memiliki strategi yang berbeda. Jangan sampai menerapkan strategi yang sama seperti sebelum pandemi,” katanya.
Oleh karenanya, lanjut dia, dibutuhkan transformasi yaitu menjadi koperasi dengan pengelolaan yang modern dan memanfaatkan teknologi digital. "Tidak perlu harus langsung sempurna, tentunya bertahap dimulai dari hal yang kecil terlebih dulu," katanya.
“Pada 2021, kami memiliki empat koperasi modern dan pada tahun ini ada tambahan satu koperasi modern,” kata Kepala Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM Kota Yogyakarta Tri Karyadi Riyanto di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, salah satu ciri koperasi modern adalah menerapkan digitalisasi untuk sistem pelayanan dan manajemen pengelolaan sehingga semakin mudah diakses oleh anggota dan menarik minat masyarakat lain untuk bergabung.
Tri menyebut, salah satu dari koperasi modern di Kota Yogyakarta bahkan mampu berkembang dengan baik dan menjadi model percontohan nasional, yaitu Koperkasa yang dikelola oleh salah satu perusahaan makanan PT SGM.
“Koperasi tersebut bahkan menyabet penghargaan dari Kementerian Koperasi dan UKM sebagai pionir koperasi modern,” katanya.
Koperasi modern lain yang sudah ada, di antaranya koperasi yang dikelola Politeknik LPP, koperasi yang dikelola Universitas Kristen Duta Wacana, dan koperasi yang dikelola salah satu perusahaan batik.
“Kami ingin memantapkan agar koperasi modern yang sudah ada ini semakin berkembang dengan baik dan maju, sembari memastikan agar ada replikasi di kemudian hari,” katanya.
Meskipun demikian, Tri menyebut, ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan koperasi modern, salah satunya susunan pengurus koperasi yang masih didominasi orang tua.
“Belum banyak generasi muda yang terjun ke koperasi. Padahal, untuk melakukan transformasi dan digitalisasi dibutuhkan peran generasi muda. Kalau mengandalkan orang tua, maka akan sangat sulit,” katanya.
Ia berharap, semakin banyak anak muda yang tertarik untuk terus mengembangkan koperasi dengan manajemen yang modern.
“Setiap dua tahun, ada pergantian pengurus koperasi. Harapannya, ada anak muda yang bergabung dan berkolaborasi. Orang tua menang pengalaman sedangkan anak muda bisa bergerak cepat melakukan transformasi,” katanya.
Di Kota Yogyakarta terdapat 364 koperasi dan seluruhnya dalam kondisi aktif karena pemerintah daerah juga rutin melakukan penilaian kesehatan koperasi setiap tahunnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Koperasi Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM Kota Yogyakarta Bebasari Sitarini mengatakan, transformasi koperasi dibutuhkan agar bisa kembali bangkit usai pandemi COVID-19.
“Pada masa pemulihan ekonomi seperti sekarang ini, paling tidak koperasi memiliki strategi yang berbeda. Jangan sampai menerapkan strategi yang sama seperti sebelum pandemi,” katanya.
Oleh karenanya, lanjut dia, dibutuhkan transformasi yaitu menjadi koperasi dengan pengelolaan yang modern dan memanfaatkan teknologi digital. "Tidak perlu harus langsung sempurna, tentunya bertahap dimulai dari hal yang kecil terlebih dulu," katanya.