Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta akan menerjunkan petugas dari unsur perlindungan masyarakat untuk menjaga depo sampah di kota tersebut guna mencegah warga membuang sampah anorganik.
"Kegiatan ini dimulai tahun depan dan menjadi menjadi bagian dari upaya nol sampah anorganik pada tahun 2023," kata Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat (Linmas) Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta Suwarna di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, unsur linmas yang akan dilibatkan berasal dari wilayah setempat sesuai dengan lokasi depo sampah, total terdapat 13 depo sampah di Kota Yogyakarta.
Baca juga: Pengurus 33 KTB Yogyakarta disahkan kembali menggerakkan mitigasi sampah
Linmas akan menjaga depo sampah usai jam kerja dari petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta. Penjagaan dengan sistem sif sehingga setiap depo sampah akan dijaga 24 jam dalam sehari.
"Akan ada dua sif dalam sehari dengan dua petugas linmas di setiap sif," katanya.
Ketentuan teknis mengenai waktu pelaksanaan hingga teknis penjagaan dan pengawasan yang nantinya menjadi tugas dan tanggung jawab linmas di depo sampah, menurut dia, masih dalam penyusunan.
"Kami pun masih menunggu surat edaran terkait dengan gerakan zero sampah anorganik ini," katanya.
Selain di depo sampah, Satpol PP Kota Yogyakarta juga akan mendukung program nol sampah anorganik pada tahun 2023 melalui Kampung Panca Tertib dengan menghadirkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta untuk sosialisasi.
"Masyarakat diimbau memilah sampah sejak dari rumah tangga. Sampah yang bisa dibuang di depo hanya sampah organik, sedangkan sampah anorganik dikelola melalui bank sampah atau kelompok sejenis lainnya," katanya.
Sebelumnya, sosialisasi dan penguatan kepada masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah tangga terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.
Wakil Ketua Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta Joko Sularno mengatakan bahwa gerakan zero sampah anorganik tersebut perlu didukung dengan penguatan empat pilar, yaitu pengurus wilayah, pengelola bank sampah, penggerobak sampah, dan pelapak barang bekas sehingga hasilnya optimal.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto mengatakan bahwa gerakan zero sampah anorganik ditujukan agar usia teknis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan bisa diperpanjang dari semula maksimal Maret 2023.
Sugeng Darmanto menegaskan bahwa depo sampah tidak lagi diperbolehkan menerima sampah anorganik karena sampah jenis itu harus bisa dikelola sejak dari rumah tangga melalui bank sampah atau pelapak barang bekas.
Setiap rumah tangga di Kota Yogyakarta, kata dia, akan diwajibkan memilah sampah organik, sampah anorganik, sampah spesifik, dan residu.
Dikatakan pula bahwa depo sampah akan dijaga 24 jam dengan masa percobaan 3 bulan untuk kemudian dievaluasi.
Baca juga: Pemkot Yogyakarta manfaatkan danais tumbuhkan budaya bersih di masyarakat
Baca juga: Depo sampah Yogyakarta selektif terima sampah mulai 2023
"Kegiatan ini dimulai tahun depan dan menjadi menjadi bagian dari upaya nol sampah anorganik pada tahun 2023," kata Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat (Linmas) Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta Suwarna di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, unsur linmas yang akan dilibatkan berasal dari wilayah setempat sesuai dengan lokasi depo sampah, total terdapat 13 depo sampah di Kota Yogyakarta.
Baca juga: Pengurus 33 KTB Yogyakarta disahkan kembali menggerakkan mitigasi sampah
Linmas akan menjaga depo sampah usai jam kerja dari petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta. Penjagaan dengan sistem sif sehingga setiap depo sampah akan dijaga 24 jam dalam sehari.
"Akan ada dua sif dalam sehari dengan dua petugas linmas di setiap sif," katanya.
Ketentuan teknis mengenai waktu pelaksanaan hingga teknis penjagaan dan pengawasan yang nantinya menjadi tugas dan tanggung jawab linmas di depo sampah, menurut dia, masih dalam penyusunan.
"Kami pun masih menunggu surat edaran terkait dengan gerakan zero sampah anorganik ini," katanya.
Selain di depo sampah, Satpol PP Kota Yogyakarta juga akan mendukung program nol sampah anorganik pada tahun 2023 melalui Kampung Panca Tertib dengan menghadirkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta untuk sosialisasi.
"Masyarakat diimbau memilah sampah sejak dari rumah tangga. Sampah yang bisa dibuang di depo hanya sampah organik, sedangkan sampah anorganik dikelola melalui bank sampah atau kelompok sejenis lainnya," katanya.
Sebelumnya, sosialisasi dan penguatan kepada masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah tangga terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.
Wakil Ketua Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta Joko Sularno mengatakan bahwa gerakan zero sampah anorganik tersebut perlu didukung dengan penguatan empat pilar, yaitu pengurus wilayah, pengelola bank sampah, penggerobak sampah, dan pelapak barang bekas sehingga hasilnya optimal.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto mengatakan bahwa gerakan zero sampah anorganik ditujukan agar usia teknis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan bisa diperpanjang dari semula maksimal Maret 2023.
Sugeng Darmanto menegaskan bahwa depo sampah tidak lagi diperbolehkan menerima sampah anorganik karena sampah jenis itu harus bisa dikelola sejak dari rumah tangga melalui bank sampah atau pelapak barang bekas.
Setiap rumah tangga di Kota Yogyakarta, kata dia, akan diwajibkan memilah sampah organik, sampah anorganik, sampah spesifik, dan residu.
Dikatakan pula bahwa depo sampah akan dijaga 24 jam dengan masa percobaan 3 bulan untuk kemudian dievaluasi.
Baca juga: Pemkot Yogyakarta manfaatkan danais tumbuhkan budaya bersih di masyarakat
Baca juga: Depo sampah Yogyakarta selektif terima sampah mulai 2023