Bantul (ANTARA) - Tim arkeolog dari Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan pengembangan Museum Sejarah Purbakala Pleret di Kedaton, Pleret, Kabupaten Bantul, DIY harus menyesuaikan dengan temuan cagar budaya terbaru, menyusul ditemukan benteng dan saluran air kuno saat ekskavasi di selatan museum itu.
"Temuan baru arkeologis era Raja Amangkurat I ini berada di lokasi yang nantinya akan dikembangkan sebagai pengembangan Museum Pleret, maka desain museum harus menyesuaikan dengan temuan terbaru ini," kata Tenaga Ahli Ekskavasi Dinas Kebudayaan DIY Danang Indra Prayudha dalam keterangannya di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, hal ini diatur dalam Peraturan Cagar Budaya, apabila mendirikan bangunan baru setidaknya ada jarak dua meter dari objek cagar budayanya.
Dia mengatakan, awalnya ekskavasi atau penggalian arkeologis benteng di sisi barat Kedaton IV di Situs Keraton Pleret, sebelum ditemukan cagar budaya itu, merupakan tindak lanjut dari rencana Dinas Kebudayaan DIY mengembangkan Museum Pleret yang sekarang eksisting sampai ke selatan.
Menurut dia, dalam pengembangan itu, harus ada perencanaan, seperti bangunan, gedung, pembuatan pagar dan sebagainya. Untuk menindaklanjuti, pihaknya sudah melakukan survei lahan, apakah ada objek diduga cagar budaya atau tidak.
"Tindak lanjut itu kami lakukan dengan survei di lapangan pada 2022. Dalam survei, kami menemukan tumpukan bata di permukaan di dua titik, dari temuan ini kami kerjakan ekskavasi Kedaton IV tahap pertama pada 4 hingga 29 Maret 2022 untuk penelitian dan penyelamatan objek di bawahnya," katanya.
Selanjutnya, kata dia, ekskavasi Kedaton IV tahap berikutnya dilanjutkan pada 2023, sejak 14 Februari hingga 13 Maret, namun setelah tanah dibebaskan ternyata ada temuan benteng sisi Barat Keraton Pleret ditambah temuan baru saluran air kuno.
Arkeolog lulusan UGM ini mengatakan, berbekal data-data terkait Keraton Pleret era Amangkurat I, tim ekskavasi mencoba melakukan pencocokan dengan peta-peta lama dari sumber-sumber sejarah.
"Kami berasumsi temuan yang ada itu adalah benteng sisi barat Keraton Pleret. Jika digambarkan bentengnya berbentuk jajaran genjang memanjang lurus dari utara ke selatan. Lebar benteng 2,7 meter, dan belum diketahui panjang dan tingginya, karena kondisi benteng tidak utuh," katanya.
Dari hasil-hasil temuan ekskavasi Kedaton IV ini, tim arkeolog memberikan sejumlah rekomendasi sebelum melakukan pengembangan Museum Pleret yang dilakukan oleh organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
"Yakni, melakukan pemetaan menggunakan foto udara, membuka sisi luar setidaknya berjarak empat meter dari temuan, dan pengelolaan temuan baru menjadi site museum yang didisplay dengan baik, agar bisa dilihat langsung masyarakat yang berkunjung ke museum," katanya.*
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Tim arkeolog: Pengembangan Museum Pleret sesuai temuan terbaru
"Temuan baru arkeologis era Raja Amangkurat I ini berada di lokasi yang nantinya akan dikembangkan sebagai pengembangan Museum Pleret, maka desain museum harus menyesuaikan dengan temuan terbaru ini," kata Tenaga Ahli Ekskavasi Dinas Kebudayaan DIY Danang Indra Prayudha dalam keterangannya di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, hal ini diatur dalam Peraturan Cagar Budaya, apabila mendirikan bangunan baru setidaknya ada jarak dua meter dari objek cagar budayanya.
Dia mengatakan, awalnya ekskavasi atau penggalian arkeologis benteng di sisi barat Kedaton IV di Situs Keraton Pleret, sebelum ditemukan cagar budaya itu, merupakan tindak lanjut dari rencana Dinas Kebudayaan DIY mengembangkan Museum Pleret yang sekarang eksisting sampai ke selatan.
Menurut dia, dalam pengembangan itu, harus ada perencanaan, seperti bangunan, gedung, pembuatan pagar dan sebagainya. Untuk menindaklanjuti, pihaknya sudah melakukan survei lahan, apakah ada objek diduga cagar budaya atau tidak.
"Tindak lanjut itu kami lakukan dengan survei di lapangan pada 2022. Dalam survei, kami menemukan tumpukan bata di permukaan di dua titik, dari temuan ini kami kerjakan ekskavasi Kedaton IV tahap pertama pada 4 hingga 29 Maret 2022 untuk penelitian dan penyelamatan objek di bawahnya," katanya.
Selanjutnya, kata dia, ekskavasi Kedaton IV tahap berikutnya dilanjutkan pada 2023, sejak 14 Februari hingga 13 Maret, namun setelah tanah dibebaskan ternyata ada temuan benteng sisi Barat Keraton Pleret ditambah temuan baru saluran air kuno.
Arkeolog lulusan UGM ini mengatakan, berbekal data-data terkait Keraton Pleret era Amangkurat I, tim ekskavasi mencoba melakukan pencocokan dengan peta-peta lama dari sumber-sumber sejarah.
"Kami berasumsi temuan yang ada itu adalah benteng sisi barat Keraton Pleret. Jika digambarkan bentengnya berbentuk jajaran genjang memanjang lurus dari utara ke selatan. Lebar benteng 2,7 meter, dan belum diketahui panjang dan tingginya, karena kondisi benteng tidak utuh," katanya.
Dari hasil-hasil temuan ekskavasi Kedaton IV ini, tim arkeolog memberikan sejumlah rekomendasi sebelum melakukan pengembangan Museum Pleret yang dilakukan oleh organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
"Yakni, melakukan pemetaan menggunakan foto udara, membuka sisi luar setidaknya berjarak empat meter dari temuan, dan pengelolaan temuan baru menjadi site museum yang didisplay dengan baik, agar bisa dilihat langsung masyarakat yang berkunjung ke museum," katanya.*
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Tim arkeolog: Pengembangan Museum Pleret sesuai temuan terbaru