Yogyakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyampaikan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) termasuk wilayah yang rawan mengalami gempa bumi.

"Wilayah DIY secara tektonik merupakan kawasan rawan gempa bumi," kata Daryono saat menyampaikan pemaparan pada pembukaan simulasi penanggulangan bencana ASEAN (ASEAN Regional Disaster Emergency Response Simulation Exercise/ARDEX) 2023 di Yogyakarta, Selasa.

Bagian wilayah DIY pernah menghadapi dampak gempa bumi, dan bisa mengalami gempa bumi lagi.

Daryono mengemukakan bahwa kejadian-kejadian gempa bumi pada masa lalu bisa dijadikan sebagai pelajaran dalam merancang sistem mitigasi guna meminimalkan dampak bencana yang mungkin terjadi pada masa depan.

"Upaya mitigasi bencana struktural dan non-struktural yang konkret harus diwujudkan guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami yang mungkin terjadi di masa yang akan datang," katanya.

Ia mengatakan bahwa aktivitas kegempaan di DIY sangat aktif. Berdasarkan peta seismisitas Pulau Jawa dan sekitarnya, sumber gempa megathrust selatan Jawa dan Sesar Opak sangat aktif memicu gempa dengan magnitudo dan kedalaman pusat gempa bervariasi.

Daryono juga menunjukkan peta yang menggambarkan skenario kejadian gempa bumi dengan magnitudo 8,7 yang sangat merusak.

Ia menyampaikan, jika terjadi gempa bumi dengan magnitudo 8,7 yang bersumber di zona megathrust selatan Kabupaten Bantul, DIY, maka guncangannya bisa mencapai skala intensitas VII sampai VIII MMI.

Pada skala VII MMI, gempa bumi bisa menyebabkan bangunan yang konstruksinya kurang baik mengalami kerusakan sedang hingga berat.

Sedangkan guncangan gempa pada skala VIII MMI dapat menyebabkan kerusakan berat pada bangunan dengan konstruksi lemah serta mengakibatkan dinding lepas dari rangka dan tembok rumah roboh.

ARDEX 2023 yang berlangsung di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul dari 1 sampai 3 Agustus 2023 mengangkat tema "Menghadapi Ancaman Bencana Sesar Opak di DIY dan sekitarnya, Mewujudkan One ASEAN One Response." 

Pewarta : Hery Sidik
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024