Gunungkidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan air Objek Wisata Embung Batara Sriten di Kecamatan Nglipar untuk pengairan tanaman perkebunan seperti kopi dan cengkih.
Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto di Gunungkidul, Senin, mengatakan Objek Wisata Embung Batara Sriten di Kalurahan (sebutan untuk desa di wilayah Kabupaten di DIY) Pilangrejo Kapanewon (Kecamatan) Nglipar sangat bagus dan cantik.
"Wisata Embung Batara Sriten kurang diminati wisatawan. Saat ini, kami sedang merancang Embung Batara Sriten dimanfaatkan untuk pengairan tanaman perkebunan seperti kopi dan cengkih," kata Heri Susanto.
Ia mengatakan Embung Batara Sriten yang berada di ketinggian lebih dari 800 Mdpl ini menawarkan pesona keindahan alam di Gunungkidul baik ke arah utara, selatan dan barat.
Sebagai wisata minat khusus, ke depan embung ini dapat dioptimalkan pemanfaatannya untuk tanaman perkebunan seperti kopi atau cengkih yang cocok di lokasi ini. Harapannya, tanaman kopi atau cengkih ini dapat menjadi daya tarik dan daya dukung pengembangan Embung Batara Sriten.
"Sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Potensi pariwisata di Gunungkidul dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan," katanya.
Lurah Natah (Kecamatan Nglipar) Nur Wahyudi mengatakan tanaman kopi tahap awal ditanam di lahan seluas 5,6 hektare yang berlokasi di Bulak Simpangan, bawah Kawasan Embung Batara Sriten.
“Kawasan perkebunan kopi ini akan kami kemas menjadi kebun buah. Pengembangan kebun kopi ini mendapat pendampingan dari UGM, BUMN, dan penggiat perkebunan kopi,” kata Nur Wahyudi.
Ia mengatakan tahap awal pihaknya sudah melakukan penyemaian kopi bersama Kelompok Tani Karya Muda. Hampir 90 persen tanaman kopi bisa tumbuh bagus.
“Harapan kita tempat ini akan menjadi pendukung destinasi wisata Embung Sriten. Saat ini akses jalan yang masih menjadi kendala,” katanya.
Selain kopi, pihaknya menanam tanaman lainnya, seperti alpukat, durian, dan manggis. Menurutnya bibit buah saat ini sudah siap ditanam.
“Tanaman keras akan ditanam di pinggir, sekaligus juga sebagai tanggul untuk menahan longsor. Pengelolaan lahan ini nantinya adalah BUMDes dan masyarakat,” katanya.
Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto di Gunungkidul, Senin, mengatakan Objek Wisata Embung Batara Sriten di Kalurahan (sebutan untuk desa di wilayah Kabupaten di DIY) Pilangrejo Kapanewon (Kecamatan) Nglipar sangat bagus dan cantik.
"Wisata Embung Batara Sriten kurang diminati wisatawan. Saat ini, kami sedang merancang Embung Batara Sriten dimanfaatkan untuk pengairan tanaman perkebunan seperti kopi dan cengkih," kata Heri Susanto.
Ia mengatakan Embung Batara Sriten yang berada di ketinggian lebih dari 800 Mdpl ini menawarkan pesona keindahan alam di Gunungkidul baik ke arah utara, selatan dan barat.
Sebagai wisata minat khusus, ke depan embung ini dapat dioptimalkan pemanfaatannya untuk tanaman perkebunan seperti kopi atau cengkih yang cocok di lokasi ini. Harapannya, tanaman kopi atau cengkih ini dapat menjadi daya tarik dan daya dukung pengembangan Embung Batara Sriten.
"Sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Potensi pariwisata di Gunungkidul dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan," katanya.
Lurah Natah (Kecamatan Nglipar) Nur Wahyudi mengatakan tanaman kopi tahap awal ditanam di lahan seluas 5,6 hektare yang berlokasi di Bulak Simpangan, bawah Kawasan Embung Batara Sriten.
“Kawasan perkebunan kopi ini akan kami kemas menjadi kebun buah. Pengembangan kebun kopi ini mendapat pendampingan dari UGM, BUMN, dan penggiat perkebunan kopi,” kata Nur Wahyudi.
Ia mengatakan tahap awal pihaknya sudah melakukan penyemaian kopi bersama Kelompok Tani Karya Muda. Hampir 90 persen tanaman kopi bisa tumbuh bagus.
“Harapan kita tempat ini akan menjadi pendukung destinasi wisata Embung Sriten. Saat ini akses jalan yang masih menjadi kendala,” katanya.
Selain kopi, pihaknya menanam tanaman lainnya, seperti alpukat, durian, dan manggis. Menurutnya bibit buah saat ini sudah siap ditanam.
“Tanaman keras akan ditanam di pinggir, sekaligus juga sebagai tanggul untuk menahan longsor. Pengelolaan lahan ini nantinya adalah BUMDes dan masyarakat,” katanya.