Gunungkidul (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyelesaikan vaksinasi antraks hewan ternak di zona merah dan kuning dalam rangka menangkal virus antraks hingga 10 tahun ke depan.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Retno Widiastuti di Gunungkidul, Selasa, mengatakan vaksinasi antraks zona merah di Padukuhan Jati, Kalurahan/Desa Candirejo selesai sejak Juni 2023, sedangkan wilayah perbatasan atau rawan tertular rampung belum lama ini.
"Di lokasi tertular (zona merah) dan zona kuning yang berbatasan langsung dengan Padukuhan Jati sudah selesai. Vaksinasi antraks menyasar hewan ternak sapi dan kambing," kata Retno Widiastuti.
Ia mengatakan vaksin antraks pada hewan ternak didahului dengan penyuntikan antibiotik. Pelaksanaannya sesuai standar operasional prosedur (SOP), pemberian vaksin menunggu jeda dua minggu setelah penyuntikan antibiotik.
"Syarat lainnya, ternak yang divaksin tidak dalam keadaan bunting maupun sakit," katanya.
Berdasarkan data, sasaran vaksin antraks menyasar 2.000 ekor ternak terdiri atas sapi dan kambing. Namun, sejauh ini targetnya masih di zona merah dan kuning merata ke seluruh hewan ternak.
Untuk stok vaksin, katanya, aman, karena beberapa waktu lalu mendapatkan bantuan sebanyak 11.107 dosis dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Informasi mengenai hewan ternak mati juga nihil.
"Vaksin diulang setiap 6 bulan selama 10 tahun," katanya.
Selain itu, petugas juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya penularan antraks. Masyarakat diberikan edukasi tentang penyembelihan hewan ternak sesuai dengan tata cara.
"Kalau mati mendadak jangan disembelih supaya resiko penyebaran penyakit dapat dicegah," katanya.
Sebagai langkah antisipasi munculnya kasus antraks di sekitar lokasi zona merah, lanjut Retno, petugas menyirami tanah dengan cairan formalin. Meski hasil laboratorium menyatakan sampel tanah negatif, warga harus tetap waspada.
"Untuk hewan ternak yang telah divaksin, tahapan berikutnya diperiksa titer antibodi untuk mengetahui kekebalan tubuh," katanya.
Dia mengatakan DPKH Gunungkidul juga melakukan pencegahan lumpy skin disease virus (LSD). Kasusnya tidak berbahaya, namun menyebabkan kematian dan merugikan peternak.
"Kami juga mengejar target vaksin LSD, jadi selang seling pelaksanaannya (vaksin)," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Gunungkidul Suharno meminta vaksinasi pada hewan ternak dilakukan secara merata. Selain di zona merah dan kuning, juga menyasar wilayah lain.
"Tentu kita semua tidak ingin tren kasus antraks naik dan berdampak negatif bagi peternak maupun petani," kata Suharno.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Retno Widiastuti di Gunungkidul, Selasa, mengatakan vaksinasi antraks zona merah di Padukuhan Jati, Kalurahan/Desa Candirejo selesai sejak Juni 2023, sedangkan wilayah perbatasan atau rawan tertular rampung belum lama ini.
"Di lokasi tertular (zona merah) dan zona kuning yang berbatasan langsung dengan Padukuhan Jati sudah selesai. Vaksinasi antraks menyasar hewan ternak sapi dan kambing," kata Retno Widiastuti.
Ia mengatakan vaksin antraks pada hewan ternak didahului dengan penyuntikan antibiotik. Pelaksanaannya sesuai standar operasional prosedur (SOP), pemberian vaksin menunggu jeda dua minggu setelah penyuntikan antibiotik.
"Syarat lainnya, ternak yang divaksin tidak dalam keadaan bunting maupun sakit," katanya.
Berdasarkan data, sasaran vaksin antraks menyasar 2.000 ekor ternak terdiri atas sapi dan kambing. Namun, sejauh ini targetnya masih di zona merah dan kuning merata ke seluruh hewan ternak.
Untuk stok vaksin, katanya, aman, karena beberapa waktu lalu mendapatkan bantuan sebanyak 11.107 dosis dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Informasi mengenai hewan ternak mati juga nihil.
"Vaksin diulang setiap 6 bulan selama 10 tahun," katanya.
Selain itu, petugas juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya penularan antraks. Masyarakat diberikan edukasi tentang penyembelihan hewan ternak sesuai dengan tata cara.
"Kalau mati mendadak jangan disembelih supaya resiko penyebaran penyakit dapat dicegah," katanya.
Sebagai langkah antisipasi munculnya kasus antraks di sekitar lokasi zona merah, lanjut Retno, petugas menyirami tanah dengan cairan formalin. Meski hasil laboratorium menyatakan sampel tanah negatif, warga harus tetap waspada.
"Untuk hewan ternak yang telah divaksin, tahapan berikutnya diperiksa titer antibodi untuk mengetahui kekebalan tubuh," katanya.
Dia mengatakan DPKH Gunungkidul juga melakukan pencegahan lumpy skin disease virus (LSD). Kasusnya tidak berbahaya, namun menyebabkan kematian dan merugikan peternak.
"Kami juga mengejar target vaksin LSD, jadi selang seling pelaksanaannya (vaksin)," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Gunungkidul Suharno meminta vaksinasi pada hewan ternak dilakukan secara merata. Selain di zona merah dan kuning, juga menyasar wilayah lain.
"Tentu kita semua tidak ingin tren kasus antraks naik dan berdampak negatif bagi peternak maupun petani," kata Suharno.