Bantul (ANTARA) - Industri rumahan "Bank Sampah Amanah" di Dusun Besole, Kelurahan Poncosari, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berinovasi mengembangkan usaha pengolahan sampah kelapa atau batok kelapa menjadi briket arang untuk menambah pendapatan keluarga.
"Pembuatan briket arang batok kelapa sudah dilakukan sejak seminggu lalu setelah kita mendapat bimbingan untuk pembuatan briket batok kelapa," kata pengelola Bank Sampah Amanah Dusun Besole, Poncosari, Bantul Warsinah di Bantul, Selasa.
Menurut dia, pembuatan briket arang dari pengolahan batok kelapa di kelompok masyarakat yang beranggotakan ibu-ibu itu dilakukan karena melihat potensi melimpahnya sampah batok kelapa sisa dari kegiatan perekonomian masyarakat di wilayah perdesaan itu.
"Jadi di dusun ini banyak penjual kelapa muda, sehingga dari pada sisanya tidak terpakai, maka batok kelapa yang kita kumpulkan di bank sampah ini kita olah menjadi briket arang," katanya.
Menurut dia, proses pembuatan briket arang dari batok kelapa diawali dengan pembakaran sampah kelapa ke dalam tungku, kemudian setelah menjadi arang terus digiling untuk dijadikan bubuk, setelah dicampur dengan lem dari tepung kanji untuk kemudian dicetak briket.
"Kelebihan dari briket arang ini yang apinya lebih biru, arang tidak cepat habis, jadi lebih tahan lama dibanding arang biasa, sehingga penggunaan yang sedikit langsung bisa mencukupi," katanya.
Dengan demikian, kata dia, briket arang dari batok kelapa ini sangat bagus dimanfaatkan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kuliner, karena daripada memakai gas elpiji, pemakaian arang lebih menghemat produksi.
"Jadi bisa untuk mengganti kompor gas juga. Selain itu, mengurangi kebutuhan negara untuk gas rakyat, dengan briket arang juga mudah mudahan sampah berkurang, masyarakat lebih tidak ketergantungan dengan gas elpiji," katanya.
Dia mengatakan, dari kegiatan usaha ini, telah memberdayakan sedikitnya 15 orang yang semuanya merupakan ibu-ibu rumah tangga masyarakat sekitar, dan bisa membantu menambah pendapatan keluarga.
"Kapasitas produksi briket arang sementara ini sekitar 20 sampai 50 kilogram per minggu, soalnya kita kerjanya hanya sambilan, dan sementara ini tenaga kerja ada 15 orang, harapannya ke depan semakin berkembang," katanya.
Dia mengatakan, untuk briket arang dari batok kelapa sendiri dijual dengan harga antara Rp16 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram, dan sementara ini masih dipasarkan ke masyarakat sekitar yang membutuhkan untuk usaha kuliner.
"Pembuatan briket arang batok kelapa sudah dilakukan sejak seminggu lalu setelah kita mendapat bimbingan untuk pembuatan briket batok kelapa," kata pengelola Bank Sampah Amanah Dusun Besole, Poncosari, Bantul Warsinah di Bantul, Selasa.
Menurut dia, pembuatan briket arang dari pengolahan batok kelapa di kelompok masyarakat yang beranggotakan ibu-ibu itu dilakukan karena melihat potensi melimpahnya sampah batok kelapa sisa dari kegiatan perekonomian masyarakat di wilayah perdesaan itu.
"Jadi di dusun ini banyak penjual kelapa muda, sehingga dari pada sisanya tidak terpakai, maka batok kelapa yang kita kumpulkan di bank sampah ini kita olah menjadi briket arang," katanya.
Menurut dia, proses pembuatan briket arang dari batok kelapa diawali dengan pembakaran sampah kelapa ke dalam tungku, kemudian setelah menjadi arang terus digiling untuk dijadikan bubuk, setelah dicampur dengan lem dari tepung kanji untuk kemudian dicetak briket.
"Kelebihan dari briket arang ini yang apinya lebih biru, arang tidak cepat habis, jadi lebih tahan lama dibanding arang biasa, sehingga penggunaan yang sedikit langsung bisa mencukupi," katanya.
Dengan demikian, kata dia, briket arang dari batok kelapa ini sangat bagus dimanfaatkan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kuliner, karena daripada memakai gas elpiji, pemakaian arang lebih menghemat produksi.
"Jadi bisa untuk mengganti kompor gas juga. Selain itu, mengurangi kebutuhan negara untuk gas rakyat, dengan briket arang juga mudah mudahan sampah berkurang, masyarakat lebih tidak ketergantungan dengan gas elpiji," katanya.
Dia mengatakan, dari kegiatan usaha ini, telah memberdayakan sedikitnya 15 orang yang semuanya merupakan ibu-ibu rumah tangga masyarakat sekitar, dan bisa membantu menambah pendapatan keluarga.
"Kapasitas produksi briket arang sementara ini sekitar 20 sampai 50 kilogram per minggu, soalnya kita kerjanya hanya sambilan, dan sementara ini tenaga kerja ada 15 orang, harapannya ke depan semakin berkembang," katanya.
Dia mengatakan, untuk briket arang dari batok kelapa sendiri dijual dengan harga antara Rp16 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram, dan sementara ini masih dipasarkan ke masyarakat sekitar yang membutuhkan untuk usaha kuliner.