Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Indonesia mempelopori pusat keunggulan ketahanan air dan iklim yang terintegrasi untuk memitigasi risiko krisis air global melalui World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali.
“Berbagai pusat keunggulan sudah ada dan beroperasi tapi belum saling terkoneksi, jadi ini yang akan kami tindak lanjuti. Insya Allah karena inisiator, Indonesia memimpin pusat keunggulan ini,” kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis.
Menurut dia, sudah dibentuk lima kelompok kerja yang menyiapkan langkah nyata dan akan ditindaklanjuti secara terkoordinasi dengan pusat keunggulan lainnya.
Di antaranya soal pengelolaan sumber daya air terintegrasi terutama di negara berkembang dan negara pulau kepulauan, serta pengelolaan danau berkelanjutan.
Selain itu, terkait isu pengelolaan air dan kepemudaan hingga kelompok kerja yang khusus membahas pendanaan.
“Kami akan melakukan pertemuan rutin minimal enam bulan sekali. Jadi upaya yang disusun dalam kelompok kerja itu akan terus bergulir dan mengundang banyak negara, tidak hanya Indonesia, bahkan dari Eropa, Asia Pasifik, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan sektor swasta,” katanya.
Dwikorita menambahkan pusat keunggulan ketahanan air dan iklim atau Center of Excellence (CoE) Water and Climate Resilience itu tidak hanya fisik gedung semata namun menjadi pusat aliansi yang mengkoordinasikan berbagai pusat keunggulan terkait masalah air di dunia.
Ia menambahkan kehadiran CoE yang terintegrasi di tanah air itu disebabkan setelah 30 tahun diadakan World Water Forum yang membahas soal air setiap tiga tahun sekali itu, namun persoalan krisis air justru semakin serius.
Indonesia jadi pelopor pusat keunggulan ketahanan air-iklim terintegrasi
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati (kedua kanan) memberikan keterangan pers di sela World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (23/5/2024). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna