Gunungkidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta membuat inovasi "tilik warga" terkait program kesehatan jiwa di wilayah ini yang mencapai 972 orang penyandang disabilitas psikososial.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Gunungkidul Asti Wijayanti di Gunungkidul, Kamis, mengatakan "tilik warga" bertujuan untuk memantau dan memberikan dukungan kepada warga yang menderita gangguan jiwa dan disabilitas psikososial.
"Pemkab Gunungkidul menaruh perhatian besar pada kasus-kasus disabilitas psikososial," kata Asti.
Ia mengatakan salah satu program "tilik warga" dilaksanakan di Padukuhan Ploso, Kalurahan Petir.
"Bupati Gunungkidul sangat peduli dengan jumlah penyandang disabilitas psikososial di Kalurahan Petir yang cukup signifikan. Bupati ingin ada komunikasi yang baik agar dapat menangani berbagai permasalahan yang ada," kata Asti.
Asti juga menjelaskan bahwa hingga saat ini terdapat 972 orang penyandang disabilitas psikososial di Gunungkidul. Penyandang disabilitas ini perlu mendapatkan perhatian dan perlakuan yang baik agar mereka bisa berperan aktif sebagai warga masyarakat.
"Berbagai program dan bantuan telah kami salurkan, termasuk jaminan sosial dan bantuan lainnya," katanya.
Lurah Kalurahan Petir Sarju mengatakan program ini sangat penting bagi masyarakat, khususnya mereka yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
Di Kalurahan Petir ini, terdapat 24 warga yang menderita gangguan disabilitas.
"Untuk itu, kami siap bekerja sama dengan pengurus Lentera Jiwa yang bertugas memberikan pelayanan kepada warga kami yang belum sembuh dari penyakit ini," katanya.
Sarju juga menekankan pentingnya kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengantar pasien ke fasilitas kesehatan. Bahkan pihaknya melibatkan pihak Polsek dan Koramil untuk membantu mengantar pasien ke Grasia atau Rumah Sakit Islam di Klaten saat mereka kambuh.
"Kami berupaya agar keselamatan warga tetap terjaga dan tidak ada diskriminasi dalam pelayanan," katanya.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul Sunaryanta menekankan pentingnya penguatan moral dan pendidikan agama bagi masyarakat yang menderita gangguan jiwa.
"Esensi kehidupan manusia adalah pada kesehatannya, termasuk kesehatan jiwa. Jika jiwa seseorang terganggu, dampaknya bisa sangat serius. Oleh karena itu, kita perlu memberikan penguatan moral dan pelajaran agama. Selain itu, bantuan dan pendampingan harus terus diberikan," kata Sunaryanta.
Kegiatan "tilik warga" ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk memastikan bahwa seluruh warganya mendapatkan perhatian dan pelayanan yang layak, terutama mereka yang memerlukan bantuan khusus akibat gangguan jiwa dan disabilitas.
"Keterlibatan berbagai pihak diharapkan dapat memperkuat upaya ini dan membawa perubahan positif bagi masyarakat di Kalurahan Petir dan sekitarnya," katanya.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Gunungkidul Asti Wijayanti di Gunungkidul, Kamis, mengatakan "tilik warga" bertujuan untuk memantau dan memberikan dukungan kepada warga yang menderita gangguan jiwa dan disabilitas psikososial.
"Pemkab Gunungkidul menaruh perhatian besar pada kasus-kasus disabilitas psikososial," kata Asti.
Ia mengatakan salah satu program "tilik warga" dilaksanakan di Padukuhan Ploso, Kalurahan Petir.
"Bupati Gunungkidul sangat peduli dengan jumlah penyandang disabilitas psikososial di Kalurahan Petir yang cukup signifikan. Bupati ingin ada komunikasi yang baik agar dapat menangani berbagai permasalahan yang ada," kata Asti.
Asti juga menjelaskan bahwa hingga saat ini terdapat 972 orang penyandang disabilitas psikososial di Gunungkidul. Penyandang disabilitas ini perlu mendapatkan perhatian dan perlakuan yang baik agar mereka bisa berperan aktif sebagai warga masyarakat.
"Berbagai program dan bantuan telah kami salurkan, termasuk jaminan sosial dan bantuan lainnya," katanya.
Lurah Kalurahan Petir Sarju mengatakan program ini sangat penting bagi masyarakat, khususnya mereka yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
Di Kalurahan Petir ini, terdapat 24 warga yang menderita gangguan disabilitas.
"Untuk itu, kami siap bekerja sama dengan pengurus Lentera Jiwa yang bertugas memberikan pelayanan kepada warga kami yang belum sembuh dari penyakit ini," katanya.
Sarju juga menekankan pentingnya kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengantar pasien ke fasilitas kesehatan. Bahkan pihaknya melibatkan pihak Polsek dan Koramil untuk membantu mengantar pasien ke Grasia atau Rumah Sakit Islam di Klaten saat mereka kambuh.
"Kami berupaya agar keselamatan warga tetap terjaga dan tidak ada diskriminasi dalam pelayanan," katanya.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul Sunaryanta menekankan pentingnya penguatan moral dan pendidikan agama bagi masyarakat yang menderita gangguan jiwa.
"Esensi kehidupan manusia adalah pada kesehatannya, termasuk kesehatan jiwa. Jika jiwa seseorang terganggu, dampaknya bisa sangat serius. Oleh karena itu, kita perlu memberikan penguatan moral dan pelajaran agama. Selain itu, bantuan dan pendampingan harus terus diberikan," kata Sunaryanta.
Kegiatan "tilik warga" ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk memastikan bahwa seluruh warganya mendapatkan perhatian dan pelayanan yang layak, terutama mereka yang memerlukan bantuan khusus akibat gangguan jiwa dan disabilitas.
"Keterlibatan berbagai pihak diharapkan dapat memperkuat upaya ini dan membawa perubahan positif bagi masyarakat di Kalurahan Petir dan sekitarnya," katanya.